Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi Gunung Anak Krakatau, Misteri Suara Dentuman hingga Abu Tebal seperti Hujan

Kompas.com - 11/04/2020, 12:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Sumber suara dentuman pada Sabtu (11/4/2020) dini hari yang terdengar bersamaan erupsi Gunung Anak Krakatau di wilayah Lampung Selatan, masih menyimpan misteri. 

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM menjelaskan, suara tersebut bukan berasal dari aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat (10/4/2020) malam atau pun aktivitas kegempaan.

"Saya sudah konfirmasi petugas pos pengamatan, mereka tidak mendengar karena letusannya juga kecil," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Hendra Gunawan saat dihubungi di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Gunung Anak Krakatau Tak Pernah Berdentum sejak Awal Meletus

Menurut Hendra, tipe letusan Gunung Anak Krakatau tersebut tidak eksplosif, hanya semburan. Di tipe ini, kata Hendra, suara yang terdengar biasanya hanya mendesis.

"Biasanya dalam jarak dua kilometer, kedengaran hanya suara desis saja," ujarnya pula.

Sementara itu, menurut Rahmat Triyono, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG dalam pernyataan yang diterima ANTARA, suara tersebut tidak ada kaitannya dengan gempa tektonik yang terdeteksi di wilayah sekitar Gunung Anak Krakatau.

Dari pantauan BMKG terkait gempa tektonik di Selat Sunda terjadi pada pukul 22.59 WIB, dengan magnitudo 2,4.

Pusat gempa tercatat di koordinat 6,66 lintang selatan (LS) dan 105,14 bujur timur (BT), atau tepatnya di laut pada jarak 70 kilometer (km) arah selatan baratdaya Gunung Anak Krakatau dengan kedalaman 13 km.

Kesaksian warga

Erupsi Gunung Anak Krakatau, Jumat (10/4/2020) malam terpantau kamera pengawas PVMBG.Dok. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Erupsi Gunung Anak Krakatau, Jumat (10/4/2020) malam terpantau kamera pengawas PVMBG.

Saat Gunung Anak Krakatau erupsi, warganet ramai membahas dentuman di media sosial yang mereka duga ada hubungannya dengan erupsi tersebut.

Salah satunya adalah Vina Trisna Widiatie, warga Cilebut, Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat.

Vina mengaku mendengar suara dentuman sekitar 02.30 WIB. Saat itu, dirinya mengira bahwa suara tersebut adalah guntur pertanda hujan.

"Iya jam 2 tadi, lagi begadang nonton film. Nah, kedengaran suara gitu, saya kira dari tadi geluduk, mau hujan. Ternyata info teman, Krakatau meletus," ujar Vina warga Cilebut, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/4/2020).

Baca juga: Gunung Anak Krakatau Meletus 2 Kali, Abu Tebal seperti Hujan di Pulau Sebesi

Sementara itu, salah satu warga Pancasan, Kecamatan Bogor Barat, Ayda Parlina, juga mengaku mendengar suara dentuman tersebut.

"Suaranya jelas banget, aku pikir mah memang karena mau hujan enggak jadi," ungkapnya.

Namun, Ayda mengaku tak merasakan getaran apapun saat erupsi Gunung Anak Krakatau tersebut.

Suara dentuman tersebut, menurutnya, membuat takut untuk keluar rumah.

Takut ada tsunami hingga abu tebal 

Gunung Anak Krakatau meletus Jumat 10 April 2020Dok. Twitter Dr. Devy Kamil Syahbana @volcanohawk Gunung Anak Krakatau meletus Jumat 10 April 2020

Sementara itu, warga di pesisir Kalianda, Lampung Selatan, Lampung, terpaksa mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi karena takut terjadi tsunami pasca-erupsi Gunung Anak Krakatau.

“Warga di pesisir Kalianda langsung mengungsi ke gunung. Trauma karena tsunami kemarin,” kata Umar, warga Lampung Selatan.

Hal sama juga disampaikan Rahmatullah (Rahmat), warga Pulau Sebesi yang berada 19 kilometer dari Gunung Anak Krakatau.

Menurutnya, akibat letusan itu warga di sekitar pantai memilih untuk mengungsi.

“Tadi warga yang ada tinggal di bibir pantai langsung mengungsi. Ada peringatan tadi,” kata Rahmat.

Rahmat juga menggambarkan, abu tebal ikut menyembur sejak gunung di Selat Sunda itu meletus.

“Abunya tebal, dari jam 12 malam tadi turun. Sampai di depan rumah ini masih ada abunya,” kata Rahmat saat dihubungi, Sabtu (11/4/2020) dini hari.

(Penulis: Kontributor Lampung, Tri Purna Jaya | Editor : Aprillia Ika, David Oliver Purba).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com