Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Anak Krakatau Meletus, Warga Pesisir Mengungsi Takut Tsunami

Kompas.com - 11/04/2020, 10:05 WIB
Setyo Puji

Editor

KOMPAS.com - Gunung Anak Krakatau (GAK) yang meletus pada Jumat (10/4/2020) malam menyebabkan warga di pesisir Kalianda, Lampung Selatan, Lampung, mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi.

Hal itu mereka lakukan karena takut letusan tersebut akan mengakibatkan bencana tsunami seperti pengalaman sebelumnya.

“Warga di pesisir Kalianda langsung mengungsi ke gunung. Trauma karena tsunami kemarin,” kata Umar, warga Lampung Selatan.

Hal sama juga disampaikan Rahmatullah (Rahmat), warga Pulau Sebesi yang berada 19 kilometer dari Gunung Anak Krakatau.

Menurutnya, akibat letusan itu warga di sekitar pantai memilih untuk mengungsi.

“Tadi warga yang ada tinggal di bibir pantai langsung mengungsi. Ada peringatan tadi,” kata Rahmat.

Baca juga: Akibat Pasien Positif Covid-19 Berbohong Saat Diperiksa, Pegawai hingga Pasien di RSUD Purwodadi Terkena Imbas

Dikatakannya, pada Jumat malam itu ia mengaku mendengar letusan GAK sebanyak dua kali. Yaitu pada pukul 22.00 WIB dan 23.00 WIB.

Akibat terjadinya letusan GAK itu menyebabkan hujan abu di daerah tempat tinggalnya saat ini.

“Abunya tebal, dari jam 12 malam tadi turun. Sampai di depan rumah ini masih ada abunya,” kata Rahmat.

 

Dari data Kementerian ESDM, letusan Gunung Anak Krakatau tersebut diketahui terjadi sebanyak 2 kali pada Jumat malam.

Letusan pertama terjadi pada pukul 21.58 WIB, dengan estimasi kolom abu mencapai ketinggian 357 meter di atas permukaan laut.

Sementara, letusan GAK kedua terjadi pada pukul 22.35 WIB, dengan estimasi kolom abu mencapai ketinggian 657 meter di atas permukaan laut.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa letusan GAK yang terjadi pada Jumat malam tersebut tak berpotensi tsunami. Karena itu masyarakat diminta tetap tenang.

"Hasil monitoring muka laut menggunakan tide gauge di Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu menunjukkan tidak ada anomali perubahan muka laut," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dilansir dari Antaranews.

Erupsi GAK berdasarkan catatan sensor BMKG, dikatakannya, juga lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018.

Penulis : Kontributor Lampung, Tri Purna Jaya | Editor : Aprillia Ika

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com