Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sang Perawat Itu Telah Pergi

Kompas.com - 11/04/2020, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

Sementara itu Purbo, Ketua RT 6 yang berperan dalam kasus penolakan pemakaman NK meminta maaf.

Permintaan maaf langsung disampaikan Purbo dihadapan Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah, Edy Wuryanto.

"Atas nama pribadi dan warga saya minta maaf adanya kejadian kemarin itu. Saya minta maaf kepada perawat, warga Ungaran, dan pada seluruh masyarakat Indonesia," ungkap Purbo, Jumat (10/4/2020) di kantor DPW PPNI Jawa Tengah.

Baca juga: Ikut Tolak Pemakaman Perawat di Semarang, Ketua RT: Saya Meneruskan Aspirasi Warga

Purbo mengaku dalam hati menangis karena penolakan tersebut karena istrinya juga perawat.

"Sungguh, saya juga menangis dengan kejadian tersebut. Apalagi istri saya juga perawat, tapi saya harus meneruskan aspirasi warga," ungkapnya.

Namun ia mengatakan penolakan pemakaman NK di TPI Sewakul adalah aspirasi masyarakat termasuk beberapa Ketua RT di wilayah TPU.

"Mereka mengatakan, Pak jangan di sini, jangan dimakamkan di Sewakul," ujarnya menirukan warga.

Karena desakan warga, akhirnya aspirasi tersebut diteruskan ke petugas pemakaman.

Baca juga: Penolakan Pemakaman Perawat di Semarang Dibawa ke Ranah Hukum, PPNI: Harus Ada Pembelajaran

Dia menyatakan tidak mungkin mengabaikan aspirasi warga karena tanggung jawab sebagai Ketua RT.

"Keluarga almarhumah juga ada yang dimakamkan di Sewakul meski bukan warga kami," ucapnya.

Hal senada juga dijelaskan oleh Ketua RW 08 Dusun Sewakul, Daniel Sugito.

Ia mengatakan warga tetap menolak pemakaman NK di TPU walaupun dokter hingga Wakil Bupati Semarang datang ke lokasi untuk menolak.

"Tapi warga tetap menghendaki pemakaman dipindah," ujarnya.

Baca juga: Jenazah Perawat di Semarang Ditolak, PPNI Jateng Bawa ke Ranah Hukum

Pita hitam untuk NK

Rekan sejawat NK menggalang aksi solidaritas dengan mengenakan pita hitam di lengan kanan sebagai duka mendalam atas meninggalnya rekan seprofesinya.

Aksi solidaritas tersebut akan dilakukan selama enam hari terhitung tanggal 10 April hingga 16 April 2017.

Selama enam hari, para perawat akan memasang pita hitam di lengan kanan mereka.

Hal tersebut dibenarkan oleh Rohman Azzam, Ketua Bidang Sistem Informasi dan Komunikasi Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI).

Baca juga: Pemakaman Jenazah Perawat Positif Corona di Semarang Ditolak Warga, Sekda Prihatin

“Pita hitam adalah sikap solidaritas yang menunjukkan duka mendalam atas wafatnya sejawat kami, perawat RSUP dr. Kariadi Semarang khususnya, yang diperlakukan secara berlebihan oleh oknum masyarakat dengan menolak pemakamannya di lokasi pemakaman umum,” ujar Rohman saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (10/04/2020).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com