Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melawan Stigma di Tengah Pandemi Corona, Perawat di Jateng Kenakan Pita Hitam

Kompas.com - 11/04/2020, 06:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Aksi penolakan warga di TPU Siwarak, Bandarharjo, Kabupaten Semarang, pada hari Kamis (9/4/20200, terhadap jenazah perawat yang terinfeksi corona mengundang keprihatinan. 

Sebagai wujud solidaritas dan simbol perlawanan terhadap stigma negatif corona, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah mengajak para perawat untuk mengenakan pita hitam selama sepekan atau sampai 16 April 2020.

Baca juga: Kasus Perdana Covid-19 di Grobogan: TKW dari Hongkong, Pulang Desember 2019, ke Yogyakarta Maret 2020

Menurut Ketua PPNI Jawa Tengah, Edy Wuryanto, penolakan warga tersebut bisa memberi dampak negatif bagi para perawat.

"Ini akan bisa dampak negatif terhadap teman-teman yang bertugas," katanya, dilansir dari Antara.

Edy menjelaskan, masih adanya stigma negatif dari masyarakat terhadap pasian atau jenazah positif corona harus segera dihilangkan.

Salah satunya, menurut Edy, pemerintah segera mungkin untuk mengedukasi masyarakat tentang semua hal terkait protokoler penanganan pasien dan jenazah positif corona.

 

Diduga ada provokator

Aksi solidaritas keprihatinan penolakan jenazah perawat RS Kariadi Semarangscreenshoot Aksi solidaritas keprihatinan penolakan jenazah perawat RS Kariadi Semarang
Selain itu, Edy mengatakan, saat ini pihaknya sedang mengumpulkan bukti dan dokumentasi terkait kejadian pada Kamis (9/4/2020) petang tersebut.

"Harus ada pembelajaran terkait kejadian ini. Kami sudah mengumpulkan ahli-ahli hukum yang tergabung di PPNI untuk memberi masukan dan kajian," jelasnya, Jumat (10/4/2020) di kantor DPW PPNI Jateng.

Menurut Edy, kejadian penolakan tersebut tidak akan terjadi kalau tidak ada provokator.

"Itu nanti mau masuk delik aduan atau gimana, biar ahli hukum yang menentukan. Kami hanya mengumpulkan bukti dan segala yang diperlukan, lalu kami ambil langkah selanjutnya," ungkapnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang perawat di RSUP Dr. Kariadi meninggal dunia pada Kamis (9/4/2020).

Jenazahnya yang akan dimakamkan di TPU Sewakul mendapat penolakan dari warga sehingga dipindah ke Bergota, kompleks makam keluarga Dr. Kariadi.

Penjelasan Ketua RT 

Penolak pemakaman perawat terpapar Covid-19 menyampaikan permintaan maaf. KOMPAS.com/DIAN ADE PERMANA Penolak pemakaman perawat terpapar Covid-19 menyampaikan permintaan maaf.

Sementara itu, menurut Ketua RT 6 Dusun Sewakul, Kelurahan Bandarjo, Purba, mengaku tak bisa berbuat banyak warga mendesak untuk menolak pemakaman jenazah perawat tersebut. 

"Sungguh, saya juga menangis dengan kejadian tersebut. Apalagi istri saya juga perawat, tapi saya harus meneruskan aspirasi warga," ungkapnya.

Sementara itu, Purba juga mengungkapkan permintaan maaf terkait kejadian tersebut. 

"Sungguh, saya juga menangis dengan kejadian tersebut. Apalagi istri saya juga perawat, tapi saya harus meneruskan aspirasi warga," ungkapnya.

(Penulis: Kontributor Ungaran, Dian Ade Permana | Editor: Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com