Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Corona, Petani di Jember Tetap Gelar Panen Raya

Kompas.com - 08/04/2020, 18:15 WIB
Bagus Supriadi,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

JEMBER, KOMPAS.com – Para petani di Jember menggelar panen raya di tengah pandemi virus corona baru atau Covid-19 pada Rabu (8/4/2020).

"Kami memang memasuki panen raya, kami tidak ingin petani menjadi loyo karena virus corona," kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonensia (HKTI) Jember Jumantoro saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/4/2020).

Jumantoro mengatakan, petani tetap menggelar perhelatan itu karena panen raya tak bisa ditunda.

Setidaknya, terdapat ratusan hektare sawah milik petani di Jember yang telah memasuki masa panen.

Seperti panen raya yang dilakukan di lahan milik Jumantoro di Kecamatan Arjasa.

Ketua HKTI Jember itu mengundang Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Arjasa dan perwakilan Petrokimia Gresik untuk memberikan penyuluhan tentang pencegahan penyebaran virus corona kepada petani.

Baca juga: Fakta KM Lambelu Dilarang Bersandar, 3 Kru Terindikasi Positif Corona dan Penumpang Lompat ke Laut

Sebelum turun ke sawah, para petani diberikan sosialisasi tentang pencegahan dan penyebaran virus corona baru.

"Kami ingin menunjukkan dengan situasi seperti ini petani harus semangat panen dan bercocok tanam," jelas Jumantoro.

Jumantoro sengaja mengundang Muspika Arjasa dan PT Petrokimia Gresik agar acara panen raya itu tidak dibubarkan.

Sebab, acara panen raya itu melibatkan banyak orang.

“Kalau tidak panen, bukan ketahanan pangan yang kami dapatkan, tapi kehancuran pangan,” kata dia.

Jumantoro menambahkan, sebanyak 20 buruh tani bekerja memanen padi di sawah miliknya.

 

Para petani itu tetap bekerja seperti biasa tanpa menjaga jarak di sawah. Karena, panen tak bisa dilakukan jika para petani menjaga jarak minimal satu meter.

Padahal, pemerintah menganjurkan masyarakat menjaga jarak untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19.

Selesai memanen, para petani juga makan bersama di sawah.

“Tapi kami tetap meminta agar petani tetap hati-hati,” ujar dia.

Pandemi virus corona, kata Jumantoro, berdampak terhadap harga gabah, yakni Rp 3.500 hingga Rp 4.000.

Padahal, petani berharap harga gabah sekitar Rp 4.500 hingga Rp 5.000.

“Dampak lain karena corona ini ekonomi petani juga berkurang,” kata dia.

Sekarang sebagian besar masyarakat berebut menjadi buruh tani saat panen raya karena tak ada pekerjaan lain.

“Jadi sekarang rame-rame ingin jadi buruh tani,” tambah Jumantoro.

Ia berharap para petani di Jember tak khawatir berlebihan dengan virus corona. Petani, kata dia, harus tetap menjaga pola hidup sehat dan bersih saat bercocok tanam.

“Petani lebih takut kelaparan daripada corona,” pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com