Pertama, dinamika terkait perawatan dan tracing.
Kedua, edukasi dan sosialisasi.
Sementara yang ketiga, dinamika tentang pengamanan ekonomi masyarakat.
Salah satu yang ia soroti yakni masalah tak disiplinnya sejumlah daerah dalam melaporkan hasil rapid test.
Berdasarkan data yang ia terima, dari 60.000 rapid test yang dibagikan, baru 16.000 hasil pemeriksaan yang dilaporkan.
"Target tes kita 100.000 orang. Kita sudah bagikan 60.000 rapid test, tapi laporannya belum disiplin, yang datang balik baru 17.000. Ini mengindikasikan kita harus mengevaluasi. Kita bikin tugas dari provinsi 1-5 orang ASN kerjanya mengejar data, supaya data kita bisa valid," kata Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil.
Menurut Emil, hasil rapid test menjadi landasan penting bagi pemerintah untuk menentukan arah kebijakan.
Ia menekankan bahwa hasil rapid test jelas akan jadi kabar buruk bagi Jabar.
Sebab, jumlah kasus akan melonjak seiring banyaknya tes yang dilakukan.
Ia pun berharap laporan hasil rapid test bisa rampung pada pekan ini.
"Kunci dari keberhasilan Jabar adalah pelacakan ini. Maka, semakin banyak kita mengetes, semakin siap kita mendapat berita buruk. Tapi bagi saya lebih baik mendapat berita buruk tapi kita punya tindakan. Kebijakan kita tidak boleh salah langkah. Kita yang harus konsisten, fokus pada pelacakan data," kata Emil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.