Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Lapas di Ngawi Perangi Corona: Napi Berjemur, Penjara Disemprot Kapur Barus Campur Minyak Tanah

Kompas.com - 05/04/2020, 09:18 WIB
Sukoco,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

NGAWI, KOMPAS.com – Sejumlah cara dilakukan oleh Lapas Kelas II B Ngawi, Jawa Timur, untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona di tengah over kapasitas.

Kasi Binadik Lapas Kelas II B Ngawi Deny Kamiswara mengatakan, Lapas Ngawi telah melakukan pembebasan 24 tahanan melalui pemberian asimilasi dan hak integrasi dalam rangka memutus penyebaran Covid-19.

Sementara, jumlah penghuni lapas saat ini mencapai 406 warga binaan.

“Ada 24 narapidana dalam rangka pemberian asimilasi dan hak integrasi dalam rangka memutus penyebaran mata rantai Covid-19,” ujar Deny, melalui sambungan telepon, Sabtu (5/4/2020).

Baca juga: Seorang PDP Corona di Kota Jayapura Papua Meninggal Dunia

Deny menambahkan, pemberian asimilasi dan hak integrasi dalam rangka memutus penyebaran Covid-19 di Lapas Ngawi berpotensi masih akan bertambah mengingat pemberian asimilasi masih akan berlangsung hingga Selasa (7/4/2020).

Saat ini, pihak lapas Ngawi masih melakukan sortir terhadap persyaratan narapidana yang sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor 10 Tahun 2020 tentang Pencegahan Penyebaran Covid-19 di lapas.

“Kami pilah sesuai dengan persyaratan yang sudah menjalani setengah masa pidana dan dua pertiga tidak lebih dari 31 Desember 2020,” imbuh dia.

Lawan corona dengan berjemur

Setelah adanya pembebasan 24 napi, lapas itu masih mengalami kelebihan kapasitas.

Kepala Keamanan Lapas Kelas II B Ngawi Irfan Dwisanjoyo mengatakan, jumlah ideal penghuni lapas di Ngawi sebaiknya tak lebih dari 200 warga binaan.

 

 

“Sudah over kapasitas, sudah 2 kali lipat. Kapasitas lapas seharusnya 200 orang,” ujar dia.

Tak mudah menerapkan upaya pencegahan virus Covid-19 di tengah padatnya jumlah penghuni lapas.

 

Salah satu cara untuk mencegah virus corona adalah dengan berjemur dan berolah raga.

Padatnya penghuni membuat pihak lapas terpaksa memberikan batasan waktu dan menggilir warga binaan selama 1 jam agar bisa berjemur dan senam pagi.

“Setiap hari ada kegiatan olahraga dan berjemur. Kami bagi setiap 5 kamar karena kapasitas kami terbatas,” imbuh Irfan.

Penghentikan kegiatan kunjungan keluarga napi ke lapas juga dilakukan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.  

Baca juga: UPDATE 5 April: 30 Pasien Positif Covid-19 di Jatim Sembuh, ODP 10.116 Orang

Lapas menyediakan 2 komputer untuk komunikasi video call sebagai kanti gunjungan.  

Meski demikian, pihak lapas masih membolehkan keluarga mengirim makanan.

“Kami sediakan 2 PC untuk blok laki-laki dan 1 PC untuk blok perempuan. Juga ada wartel suspas dengan 10 KBU,” kata dia.

Bilik steril di depan pintu masuk lapas juga menjadi salah satu cara agar penyebaran virus corona di lapas bisa dihentikan.

 

 

Warga binaan juga diwajibkan sering mencuci tangan dengan sabun colek sebagi pengganti hand sanitizer.

“Kami ikuti info baru seperti sabun colek lebih efektif untuk membersihkan virus,” ujar Irfan.

Penyemprotan kamar sel dengan minyak tanah

Kelangkaan masker dipasaran membuat lapas Ngawi memprioritaskan warga binaan yang berpotensi menderita flu untuk mendapat masker.

Lapas juga memberikan sosiliasai bagaimana cara batuk yang benar agar virus corona tak menjangkit di lingkungan lapas.

“Kami sosialisasikan hidup bersih, membesihkan dan menyemprot disinfektan sel secara berkala dan sosialisasi bagaimana cara batuk yang benar kepada napi,” kata Irfan.

Baca juga: Keluarga Pasien PDP Covid-19 di Makassar Ngamuk karena Ingin Kebumikan Sendiri Almarhum

Tak ada anggaran khusus untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 tak menyurutkan langkah lapas Ngawi untuk menyediakan cairan penyemprotan disinfektan.  

Petugas lapas sebelum virus corona mewabah telah memanfaatkan cairan disinfektan buatan sendiri yaitu campuran minyak tanah dan kapur barus untuk memberantas nyamuk demam berdarah.

“Untuk sterilisasi ruangan kami menggunakan cara tradisional dengan menggunakan minyak tanah dicampur dengan kapur barus untuk langkah pencegahan,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com