Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penyelamatan Anak Macan Tutul Terjebak di Peternakan Ayam, Kelaparan dan Gigit Sepatu Boots

Kompas.com - 05/04/2020, 07:21 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Seekor macan tutul (Panthera pardus melas) terkulai lemah saat ditangkap karyawan peternakan Sukajaya Farm 1 - CV Selabintana, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (3/4/2020) pagi.

Macan tersebut tak melakukan perlawanan saat ditangkap menggunakan jaring berukuran lubang 2 inchi.

Sebanyak 12 orang karyawan dikerahkan untuk menangkap hewan buas tersebut.

"Macannya tidak agresif, sekarang sudah disimpan sementara di keramba ayam," jelas Kepala Unit Sukajaya Farm 1 Unik Sugesti.

Baca juga: Dievakuasi dari Jerat Saat Wabah Corona, Harimau Ini Dinamai Corina

Terjebak di kawasan peternakan

Seekor macan tutul diamankan sementara dalam keramba ayam di peternakan Sukajaya Farm 1, Desa Sukajaya, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (3/4/2020).KOMPAS.COM/BUDIYANTO Seekor macan tutul diamankan sementara dalam keramba ayam di peternakan Sukajaya Farm 1, Desa Sukajaya, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (3/4/2020).
Macan kelaparan itu terjebak di kawasan peternakan ayam yang ada di Kampung Sudayajaya Girang, Desa Sukajaya tersebut.

Karyawan sudah mengetahui keberadaan macan itu sejak sehari sebelumnya, Kamis (2/4/2020) siang.

Seorang karyawan mengaku melihat macan itu berada di sekitar lahan kosong dan kembali meloncat keluar areal peternakan.

"Tadi pagi pas karyawan masuk kerja melihat lagi ada macan sedang menggigit sepatu boots di lahan kosong," kata Kepala Produksi Sukajaya Farm 1 Rusman kepada Kompas.com di lokasi, Jumat siang.

Rusman mengatakan butuh waktu satu jam untuk menangkap macan tutul yang belum dewasa tersebut.

"Alhamdulillah tidak lama dan mudah penangkapannya, karena macannya terlihat lemas," tutur Rusman yang juga anggota Kelompok Pemerhati Lingkungan (KPL) Angsana.

Baca juga: Perdagangan Kulit Harimau Sumatra Terkuak, Harga Selembar Rp 80 Juta

 

Ilustrasi macan tutul.SHUTTERSTOCK Ilustrasi macan tutul.
Ada luka di tubuh macan

Pihak peternakan juga berkoordinasi dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat dalam penanganan macan tutul yang terjebak di peternakan itu.

Keesokan harinya, Sabtu (4/4/2020), macan tutul dievakuasi ke Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangraro (TNGGP) bidang wilayah Sukabumi.

Setelah diperiksa, ternyata tubuh macan mengalami luka.

"Sudah diperiksa dokter hewan dan anak macan tutul itu harus direhabilitasi dulu, karena ada luka diduga karena terkena perangkap jadi harus dirawat dulu" kata Kepala Bidang KSDA Wilayah I Bogor Lana Sari saat dikonfirmasi Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Sabtu.

Baca juga: Kisah Satu Dusun Lockdown di Purbalingga, Kades: Kasih Sembako seperti Kasih Makan Macan

Dievakuasi ke Taman Safari

Trio Harimau tengah tertidur pulas di Taman Safari.Dokumentasi Taman Safari Indonesia Trio Harimau tengah tertidur pulas di Taman Safari.
Selanjutnya, macan tutul itu direhabilitasi dan dievakuasi ke Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor.

Anggota Himpunan Sukarelawan Volunteer Panthera Ligar Sonagar membenarkan anak macan tutul itu dievakuasi ke TSI Bogor sekitar pukul 13.30 WIB.

"Anak macan tutul sudah diberangkatkan ke TSI. Ada petugas BBKSDA Jabar juga yang mengantarkannya," kata Ligar saat dihubungi.

Setelah menjalani perawatan hingga kondisinya sehat, binatang dilindungi itu akan dilepasliarkan ke habitatnya.

Sumber: Kompas.com Penulis : Kontributor Sukabumi, Budiyanto | Editor : Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com