Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perawat Tangani Pasien Covid-19, Dikucilkan karena Dituduh Tularkan Virus, Bahkan Tak Bisa Peluk Anak

Kompas.com - 05/04/2020, 07:00 WIB
David Oliver Purba

Editor

KOMPAS.com - Di tengah hiruk pikuk penanganan pandemi Covid-19, ada tenaga medis yang bekerja dalam senyap.

Di garda depan, mereka mempertaruhkan nyawa untuk merawat para pasien yang terjangkit. 

Salah satunya Minarsih (47), perawat ruang isolasi RSUD Gambiran, Kota Kediri, Jawa Timur.

Minarsih menceritakan, tidak semua perawat mau ditempatkan di ruang isolasi karena risikonya tinggi.

Sejak wabah corona melanda Kota Kediri, RSUD Gambiran membentuk tim dan sarana perawatan pasien yang terpapar penyakit. Minarsih merupakan salah satu anggota tim.

Baca juga: Bantu Petugas Medis Lawan Covid-19, Pemain Persik Kediri Ini Lelang Jersey

Sebelum wabah merebak, Minarsih bertugas di bagian Pengendalian Pencegahan Infeksi (PPI).

Kini dia dipindahkan ke bagian isolasi pasien penyakit menular untuk membantu penanggulangan Covid-19.

Banyak rekannya yang menolak tugas tersebut, tapi Minarsih justru menerima.

Sebagai seorang perawat, dia mengaku tak boleh menolak tugas kemanusiaan apapun risikonya, termasuk kemungkinan terpapar virus mematikan dari pasien yang dirawat.

Menurut Minarsih, tugas yang diemban ini tak sebanding dengan penderitaan dan ketakutan pasien yang terindikasi corona.

“Setiap kali pasien dimasukkan ruang isolasi, wajah mereka sangat tegang dan depresi. Bahkan ada yang nyaris bunuh diri karena stres,” ungkap Minarsih dikutip dari Surya, Jumat (3/4/2020).

Sehingga peran Minarsih dan tenaga medis di ruang isolasi sangat dibutuhkan.

 

Setiap hari mereka membangun komunikasi dan membangkitkan semangat pasien untuk sembuh.

Namun ironisnya, tugas berat itu tak diimbangi dengan pemenuhan alat pelindung diri (APD) yang memadai.

Padahal setiap saat Minarsih dan teman-temannya berpotensi terpapar virus corona saat berinteraksi di ruang isolasi.

“Kami terpaksa mengurangi intensitas keluar masuk ruang isolasi karena keterbatasan APD. Di zona merah, APD hanya bisa dipakai sekali dan langsung dibuang,” ucap Minarsih.

Sebagai gantinya, Minarsih membentuk grup WhatsApp yang terdiri dari petugas ruangan dan pasien.

Sehingga komunikasi bisa dilakukan secara daring tanpa harus masuk ke dalam ruang isolasi.

Selain menghilangkan kebosanan dan menyampaikan motivasi, grup WA juga dipakai untuk melaporkan kebutuhan pasien, seperti cairan infus yang habis.

Melalui WA pula para pasien bisa saling berinteraksi dan mengenal satu sama lain, dan membangun semangat sembuh bersama-sama.

Rekan Minarsih, Tri Sudaryati (54) memberikan kesaksian sama.

Perawat senior ini bahkan mengalami tekanan mental di luar tempat kerjanya sejak merawat pasien corona.

“Mereka mengucilkan saya karena dianggap bisa menularkan virus. Padahal tidak sesederhana itu,” katanya.

Apalagi dahsyatnya pemberitaan tentang penularan corona secara langsung turut memojokkan para perawat.

Tak hanya oleh tetangga di rumah, beberapa rekan kerja di rumah sakit turut menjaga jarak dengan para tenaga medis yang bertugas di ruang isolasi.

Mereka tak mau tertular oleh virus mematikan yang hingga kini belum ditemukan obatnya.

Malahan langkah ekstrim dilakukan Minarsih terhadap keluarganya.

Baca juga: Hasil Rapid Test, Keluarga Pasien Positif Covid-19 Kota Kediri Negatif

 

Karena sampai sekarang Minarsih tak pernah menceritakan tugasnya merawat pasien corona kepada anak-anaknya.

Dia tak ingin mereka berpikir jauh dan ketakutan atas profesi yang dijalani ibunya.

“Saya juga terpaksa tidur terpisah dengan anak saya agar tidak terpapar. Sejak bertugas di ruangan ini, secara otomatis saya masuk dalam kategori orang dalam resiko,” tambahnya.

Untuk menjaga keluarganya, Minarsih menerapkan protokol ketat tentang kebersihan.

Usai bertugas, dia ganti baju di ruangan khusus sebelum meninggalkan rumah sakit.

Setiba di rumah, Minarsih langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan keramas, serta mencuci pakaiannya.

Baru setelah itu dia bisa mendekati anak-anaknya tanpa bisa berpelukan.

Dengan risiko itu, baik Minarsih maupun Tri Sudaryati harus tetap membangun optimisme pasien di rumah sakit.

Mereka juga selalu siap menjadi tempat curhat saat kondisi pasien sedang drop atau sedih.

“Semua pasien harus dalam kondisi baik, nyaman, dan bahagia. Karena itu modal awal untuk sembuh,” kata Sudaryati.

Para perawat ini juga merangkap menjadi kurir untuk mengantarkan titipan dari keluarga pasien.

Karena keterbatasan APD, pengantaran itu tak bisa dilakukan setiap saat.

Ini berbeda dengan pasien di ruang perawatan lain yang bebas keluar masuk tanpa membutuhkan perlengkapan khusus.

Minarsih dan Tri Sudaryati berharap mendapat bantuan APD agar bisa menjalankan tugasnya dengan maksimal.

Mereka juga berharap wabah ini segera berakhir, dan bisa menjalani kehidupan normal bersama keluarga.

“Dibutuhkan ketulusan, keikhlasan, dan percaya pada Allah untuk mengemban tugas ini. Kalau Allah tidak menghendaki kami tertular, Insya Allah aman,” ungkapnya.

Saat ini terdapat 12 tenaga medis yang bertugas di ruang isolasi RSUD Gambiran.

Mereka bekerja secara bergilir selama 24 jam untuk memastikan pasien yang dirawat baik-baik saja.

Sementara Direktur RSUD Gambiran dr Fauzan Adhima mengakui ketersediaan APD memang terbatas.

“Pada awal-awal sempat ada kesulitan penyediaan APD karena banyak distributor yang menghentikan pengiriman. Tapi saat ini ketersediaan APD relatif sudah mencukupi, semoga pasien covid-19 tidak nambah lagi sehingga APD-nya tetap tercukupi," ungkapnya.

Manajemen rumah sakit sangat mengapresiasi semua tenaga medis, paramedis, dan petugas lainnya yang telah all out memberikan pelayanan terbaik bagi pasien Covid-19 di RSUD Gambiran.

"Semoga tenaga medis, paramedis, dan lainnya selalu diberikan kesehatan," harapnya.

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul: Kisah Perawat Pasien Covid-19 RSUD Gambiran 2 Kediri, Buat Grup WhatsApp untuk Curhat dengan Pasien

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com