Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dosen UGM Bangun Gerakan Kemanusiaan Sambatan Jogja, Hadapi Corona Bergerak Lewat WA

Kompas.com - 03/04/2020, 07:13 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

 

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Tak melakukan apa pun di tengah pandemi Covid-19 yang merebak bukanlah pilihan Rimawan Pradiptyo.

Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) ini memutar otak demi untuk bisa membantu sesama.

"Saya kan mikir, masalahnya kayak gini kita sebagai masyarakat mau apa? Apa iya Kita hanya menunggu tok pemerintah, lha pemerintah juga punya masalah yang banyak, kalau kita diam seolah-olah menunggu mati, kan tidak benar juga," ujar Rimawan Pradiptyo saat dihubungi Kompas.com, Selasa (31/3/2020).

Baca juga: Pemerintah: Relawan Kesehatan Bantu Tracing 7.193 Spesimen Covid-19

Ia pun lantas melontarkan idenya membuat gerakan kemanusiaan kepada beberapa rekannya. Hingga muncullah sebuah gerakan yang dinamai Sambatan Jogja (Sonjo).

Rimawan menjelaskan, Sonjo dalam bahasa Jawa berarti silaturahmi atau berbincang-bincang informal yang umum terjadi di pedesaan.

Sambatan dalam bahasa Jawa adalah bentuk gotong-royong di pedesaan untuk membangun rumah warga/sarana umum.

Sonjo ini merupakan gerakan kemanusiaan fokus pada upaya membantu masyarakat yang rentan dan beresiko terhadap dampak penyebaran Covid-19 di wilayah DIY.

Prinsip Sonjo empati, solidaritas, dan gotong royong.

"Sering kali banyak yang tanya, pertanyaannya sama, Mas itu website nya apa? Saya bilang kami tidak punya website. Pakai WA (WhatsApp) Grup saja selesai kok masalah," tuturnya.

WhatsApp Grup (WAG) ini sebagai sarana koordinasi dan sinergi antar elemen masyarakat.

WAG mempertemukan para pihak yang membutuhkan bantuan (demand) dan para pihak yang ingin menyalurkan bantuan (supply).

"Di Sonjo tidak ada uang sama sekali, bahkan kami melarang orang yang memasang advertisement atau apa yang mencantumkan rekening pribadi, itu tidak boleh," urainya.

Demand di sini meliputi rumah sakit, tenaga kesehatan, LSM, akademisi, pengusaha, kelompok masyarakat dan lain-lain.

Sementara supply yakni akademisi, pengusaha, LSM, UMKM, kelompok masyarakat, LAZ, BUMN, BUMD, dan lain-lain.

Melalui Sonjo terjadi interaksi antara demand dan supply. Sehingga masalah yang ada bisa terpecahkan.

"Saya ini menciptakan pasar tapi pasar bantuan dan yang mau dibantu. Jadi misalnya ada orang yang butuh bantuan APD kemudian ditanggapi di grup itu, oh saya buat APD, Mas ini buat APD, dan lima menit masalah selesai, kemudian penyelesaiannya silahkan japri, ngobrol," bebernya.

Baca juga: Ini 5 Tugas Relawan Desa Lawan Covid-19 Menurut Protokol Kemendes PDTT

Menurutnya, saat ini ada lima WAG yang dibuat. WAG tersebut sesuai dengan tema masing-masing.

Pertama, Sonjo headquarter (HQ). Di grup ini menampung semua anggota grub Sonjo.

Kemudian, kedua ada Sonjo Database. Grup ini merupakan pusat admin dan database untuk mendukung gerakan SONJO.

"Data base demand dan supply mengidentifikasi masalah, diskusi di WAG dibuat catatan yang di-update setiap malam. Mengisi form di Google sheet untuk mengidentifikasi berbagai program kegiatan para pihak dan kebutuhan terhadap bantuan dari para pihak," ujarnya.

Ketiga ada Sonjo Pangan. Di grup ini fokus pada upaya mengatasi masalah pemenuhan atau kebutuhan pangan di DIY.

"Jadi kita pertemukan di situ antara masyarakat dengan penyedia jasa kita ambilkan dari UMKM, informal juga tidak apa-apa," bebernya.

Keempat Sonjo Inovasi. Di grup ini fokus pada upaya membangun prototipe alkes yang sebelumnya harus diimpor agar bisa diproduksi di dalam negeri.

"Di situ kita kumpulkan dari teman-teman Fakultas Kedokteran, Fakultas Farmasi, Teknik dan MIPA untuk bersatu lalu kemudian memikirkan alat apa yang harus diproduksi, dibuat inovasinya dalam jangka pendek karena kita membutuhkan itu dengan barang-barang yang seadanya," urainya.

Saat ini untuk grub Sonjo Inovasi, lanjutnya, sedang melakukan stock taking kebutuhan alkes yang diperlukan untuk dibuatkan prototipe dan juga temuan teknologi apa yang sudah ada di UGM.

"Ini ada orang yang mengkoordinasikan para tukang jahit di rumah, ini kumpul ada yang buat APD, bahkan para inovator di UGM itu juga ikut. Ada yang membuat head shield, ada juga hazmat juga," ungkapnya.

Kelima Sonjo Legawa. Di grup ini fokus mengorganisir lembaga-lembaga sosial untuk mengoptimalkan penyaluran bantuan kemanusiaan.

Di sini merupakan kumpulan dari lembaga- lembaga kemanusiaan. Saat ini anggota grup iniberencana menyalurkan sembako ke kelompok rentan di DIY.

"Kita kumpulkan tujuanya bukan kita mencari duit, bukan untuk menggalang dana. Tapi Kita hanya mengatakan begini, kalau anda menyalurkan itu mohon dijelaskan kepada kami menyalurkan kemana saja, kepada siapa saja dan kapan bentuknya apa, sehingga jangan sampai terjadi tumpang tindih, sehingga tidak merata," jelasnya.

Keanggotaan Sonjo sifatnya terbuka. Merangkul seluas-luasnya elemen masyarakat di DIY untuk bersama-sama menanggulangi dampak penyebaran Covid-19.

"Sekarang dari grup Sonjo itu ada sekitar 230 orang," ucapnya.

Baca juga: 15.000 Mahasiswa Relawan Corona Siap Bantu Penanganan Corona

Rimawan mengungkapkan, pada hari ketiga setelah membuat gerakan Sonjo, dirinya mempersuasi banyak orang.

Tujuannya, agar membuat gerakan dengan pola seperti Sonjo di daerahnya masing-masing.

Namun, mereka masih belum bisa memahami bagaimana permasalahan bisa diselesaikan dengan WAG.

"Karena kebingungan, saya membuat pembelajaran Sonjo itu. Saya umumkan siapapun monggo (silahkan) yang mau ikut kita kasih slot 30 tempat untuk menjadi observer selama 2 kali 24 jam, setelah itu ganti lagi," katanya.

Harapannya, setelah menjadi observer bisa melihat dinamika bagaimana menyelesaikan masalah yang terjadi ala Sonjo.

Sehingga gerakan ini bisa dilakukan di daerahnya masing-masing.

"Yang sudah terjadi itu ada satu di Magelang, ada satu lagi di Tulungagung, mereka membuat seperti Sonjo. Yang mau jadi observer itu banyak, ada dari Tangerang, Jakarta, Bogor, Ngawi, bahkan dari kementerian keuangan ada yang ikut untuk melihat bagimana kok itu bisa terjadi," tuturnya.

Rimawan menyampaikan rencananya akan membantuk satu lagi untuk penyaluran sembako. Nantinya akan mencari relawan untuk penyaluran sembako tersebut.

"Tambah lagi untuk penyaluran sembako bagi kelompok-kelompok yang rentan akan mencari 50 sampai 75 relawan. Posternya akan kami publish," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com