Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ritual-ritual Tolak Bala Usir Corona di Berbagai Daerah, Bunyikan Canang hingga Cukur Gundul

Kompas.com - 02/04/2020, 06:15 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, rupanya memiliki ritual mengusir bala atau bahaya, termasuk penyakit menular seperti corona.

Di Kerinci Jambi misalnya, canang akan dibunyikan bila ada bencana atau wabah penyakit.

Setelahnya, masyarakat Kerinci mengumandangkan azan di depan rumah masing-masing selama tiga hari.

Sedangkan di Solo, Wali Kota dan jajarannya melakukan ritual cukur gundul.

Wali Kota Solo FX. Hadi Rudyatmo mengatakan, bagi masyarakat Jawa, ritual ini diyakini mampu menolak bala, apalagi setelah Solo berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) corona.

Berikut sederet ritual menolak bala yang dilakukan warga di sejumlah daerah untuk mengusir corona:

Baca juga: Sederet Kisah Perjuangan Mereka yang Berhasil Sembuh dari Covid-19..

Kedurai, ritual Suku Rejang yang sakral

Masyarakat Adat Suku Rejang, Kutei Lubuk Kembang, Bengkulu gelar kedurei menolak wabah covid 19 dan tambangKOMPAS.COM/FIRMANSYAH Masyarakat Adat Suku Rejang, Kutei Lubuk Kembang, Bengkulu gelar kedurei menolak wabah covid 19 dan tambang
Masyarakat Suku Rejang di Desa Lubuk Kembang, Kecamatan Curup Utara, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu menggelar ritual memohon perlindungan dari wabah penyakit, termasuk virus corona, Selasa (17/3/2020).

Oleh Suku Rejang, ritual itu disebut dengan Kedurei.

Ketua Adat Suku Rejang, M Adinsyah mengatakan, ritual diwarnai pemanjatan doa pada Tuhan dan penghormatan pada leluhur dalam bahasa Rejang.

Ritual itu dilakukan di tengah sawah yang belum tertanami.

Orang-orang duduk melingkar serta memanjatkan doa.

"Pada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan doa. Pada para leluhur juga kami sampaikan saat ini kampung kita dalam ancaman, terdapat semacam wabah mengerikan menyerang Indonesia yakni Covid-19, peyakit ini menular serta mematikan," ujar Adinsyah.

Selain ancaman wabah corona yang membuat warga cemas, Kedurei juga digelar lantaran warga merasa khawatir dengan ancaman aktivitas tambang di desa mereka.

Baca juga: Fakta Sembuhnya Pasien Corona di Solo, Gejala Selalu Kehausan dan Rutin Konsumsi Empon-empon

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com