Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Lockdown ala Lingkungan Karang Bedil di Mataram, Aturan Ketat dan Warga Disiplin

Kompas.com - 01/04/2020, 16:34 WIB
Fitri Rachmawati,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Warga di Lingkungan Karang Bedil, Mataram, NTB, memberlakukan lockdown untuk mencegah virus corona masuk ke lingkungan mereka. 

Selain memasang spanduk bertuliskan "Lockdown", warga menutup sejumlah pintu masuk menuju lingkungan mereka.

Hal itu dilakukan sebagai salah satu cara mengawasi keluar masuknya warga ke lingkungan mereka.

Kepala Lingkungan Karang Bedil Nirwandi Fikri (29) mengatakan, lockdown diberlakukan melihat tingginya interaksi di Lingkungan Karang Bedil.

"Gagasan melakukan karantina lokal atau lockdown ala kampung ini direspons positif dan disetujui oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat kami di sini. Karena memang keluar masuknya warga harus dipantau secara serius, mengingat virus ini sangat berbahaya," kata Fikri yang ditemui Kompas.com di lokasi, Selasa (31/3/2020).

Baca juga: Cerita Pengantin di NTB Batalkan Tradisi Nyongkolan, Tetap Patuh meski Resepsi Jadi Sepi

Fikri menjelaskan, lockdown yang mereka lakukan adalah dengan membuka satu akses pintu masuk menuju wilayah mereka.

Sementara tujuh titik pintu masuk lainnya ditutup dan dipasang spanduk dengan warna kain dan warna tulisan yang sama.

"Memberlakukan satu pintu masuk ini kami rasa sangat efektif untuk mengawasi orang luar yang berinteraksi dengan warga kampung. Tentu saja dibatasi waktu kunjungan mereka, diperkenankan hanya untuk keperluan mendesak," kata Fikri.

Rohani (60), warga Lingkungan Karang Bedil, sepakat atas apa yang dilakukan kepala lingkungannya.

Menurut dia, penutupan dilakukan demi keselamatan dan kebaikan seluruh warga.

Meskipun memang lockdown membuatnya kesulitan membawa barang dagangan ke warung nasi.

Rohani dan suami harus memutar melewati jalur yang dibuka dan boleh dilewati warga.

Sedangkan untuk bahan jualannya bisa diambil melewati sela-sela palang kayu jalan di kampungnya.

"Saya tidak keberatan, ini demi kami para orangtua, demi kebaikan kami semua. Meskipun ke warung jalannya memutar, tapi itu tidak masalah," kata Rohani.

Pedagang warung ini juga menyiapkan hand sanitizer di warungnya.

Dia juga mengurangi menyentuh makanan dengan tangan dan lebih banyak menggunakan sendok serta alat jepit khusus makanan.

Ini dilakukan agar pembeli merasa yakin bahwa kuliner yang disajikan aman dan bersih dari corona.

"Saya juga siapkan sabun untuk mereka cuci tangan dulu sebelum masuk warung saya," katanya.

Salah seorang warga mencuci tangan di pintu masuk Lingkungan Karang Bedil, Kota Mataram yang memberlakukan  Lock Down ala kampung. Upaya ini  dipercaya bisa mengantisipasi penyebaran virus Corona Covid-19 di NTB. Angka positif corona di NTB mencapai 4 orang.FITRI R Salah seorang warga mencuci tangan di pintu masuk Lingkungan Karang Bedil, Kota Mataram yang memberlakukan Lock Down ala kampung. Upaya ini dipercaya bisa mengantisipasi penyebaran virus Corona Covid-19 di NTB. Angka positif corona di NTB mencapai 4 orang.
Di jalur yang bisa dilalui atau tidak dipasangkan spanduk lockdown, warga juga tidak bisa masuk sembarangan.

Mereka harus melewati pemeriksaan petugas jaga atau piket di depan pintu masuk.

Jika tamu dari luar lingkungan, akan ditanya asal dan tujuan masuk ke Lingkungan Karang Bedil.

Jika berisiko, maka dengan tegas tidak akan diizinkan masuk.

Jika warga setempat, boleh masuk asalkan cuci tangan dulu dengan sabun dan air mengalir yang telah disiapkan.

Kompas.com memantau jalur yang dibuka tersebut dengan pemeriksaan ketat.

Beberapa warga yang masuk kampung langsung mencuci tangan hingga bersih tanpa diperintah.

Dengan senyum cerah, mereka menyapa anak muda yang bertugas piket, serta memberikan salam jarak jauh atau salam corona.

Wulan (20), misalnya, mengaku sangat menghargai kebijakan yang diambil.

Baginya, lockdown ala lingkungannya sangat keren dan mesti dicontoh di tempat lain.

"Ini keren lho, kami jadi merasa terlindungi. Kampung jadi aman, bisa dicontoh di tempat-tempat lain," kata Wulan.

Baca juga: Pasien Positif Virus Corona di NTB Bertambah Menjadi 4 Orang

Arbi (23), petugas piket yang tengah berjaga, mengaku senang terlibat dalam lockdown ala wilayahnya.

Arbi tidak sendiri, kepala lingkungan sudah memberikan jadwal piket ke semua warga, terutama anak muda di kampung itu.

"Jadwalnya jelas kok, pagi jam 07.00 Wita sampai siang 12.00 Wita. Dilanjutkan lagi siang sampai sore hari. Sore hingga jam malam diberlakukan di Kota Mataram, jam 22.00 Wita," kata Arbi.

Belakunya jam malam bagi sebagian besar warga efektif mengurangi kegiatan kumpul pada malam hari di pinggir jalan atau di kafe, apalagi disertai aturan tegas dan sanksi.

Warga dari luar daerah diisolasi mandiri

Membutuhkan tenaga ekstra untuk mengawasi warga Karang Bedil yang jumlahnya mencapai 700 jiwa.

Namun, dengan lockdown serta kerja sama seluruh warga, semua menjadi lebih mudah.

Menariknya lagi, mereka yang baru tiba dari luar daerah wajib menjalani isolasi mandiri selama 14 hari.

Isolasi dipantau warga sekitar, bahkan akan disuplai makanan oleh ibu-ibu PKK di kampung ini agar segera pulih dan tidak terpapar Covid-19.

"Banyak warga kami yang sekolah di Yogyakarta, Malang, dan Jakarta. Ketika mereka kembali ke Lombok atau Mataram, mereka secara sadar harus menjalani isolasi mandiri selama 14 hari, dan diawasi oleh warga, oleh ibu-ibu di lingkungan ini,' kata Fikri.

Diikuti kampung Lain

Semangat warga Karang Bedil, Mataram, menghadapi Covid-19 juga ditiru sejumlah desa di Mataram.

Seperti di Lingkungan Karang Pule, di mana warga memasang spanduk lockdown dan melarang warga dari luar masuk ke kampung mereka.

Inilah Lock Down ala kampung di Lingkungan Karang Pulel, Kota Mataram yang dipercaya bisa mengantisipasi penyebaran virus Corona Covid-19 di NTB. Angka positif corona di NTB mencapai 4 orang.FITRI R Inilah Lock Down ala kampung di Lingkungan Karang Pulel, Kota Mataram yang dipercaya bisa mengantisipasi penyebaran virus Corona Covid-19 di NTB. Angka positif corona di NTB mencapai 4 orang.

Yang utama dari gerakan bersama ini adalah langkah warga memutus rantai penyebaran virus corona.

Warga tetap harus percaya bahwa hidup bersih itu adalah keharusan dan langkah mencuci tangan adalah senjata paling ampuh menghadapi Covid-19.

Ketua Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 NTB Ahsanul Khalid, Selasa malam , menginformasikan, kasus positif corona di NTB bertambah dua kasus.

Pertambahan berasal dari Kota Mataram. Total kasus positif corona di NTB berjumlah empat kasus.

Sedangkan pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 53 orang, di mana 31 masih dirawat di ruang isolasi di sejumlah rumah sakit rujukan di NTB.

Sedangkan empat orang PDP dilaporkan meninggal dunia.

Sementara itu ada 1.224 orang berstatus orang dalam pemantauan (ODP), dan 887 masih dalam pantauan.

Angka ODP terus bertambah karena banyak yang pulang kampung dari wilayah zona merah.

Oleh karena itu, lockdown ala kampung untuk sementara sangat dibutuhkan warga.

Ditambah dengan pemberlakuan jam malam yang ketat akan sangat membantu dan menenangkan masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com