Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tokoh Adat Babel Desak Pemerintah Batalkan Tradisi Budaya Jelang Ramadhan dan Idul Fitri

Kompas.com - 28/03/2020, 22:52 WIB
Heru Dahnur ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PANGKAL PINANG, KOMPAS.com - Tokoh adat di Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mendesak pemerintah untuk membatalkan kegiatan keramaian termasuk tradisi budaya dan keagamaan yang biasanya digelar jelang Lebaran Idul Fitri.

Ketua Lembaga Adat Melayu Bangka, Bustami Rahman mengatakan, pemerintah harus tegas menolak kegiatan keramaian serta memberikan sanksi bagi yang melanggar.

"Sekarang tidak bisa lagi bahasanya minta tolong atau imbauan. Kalau sebuah keharusan ya harus. Tidak boleh dilakukan," kata Bustami saat jumpa pers di posko gugus tugas Covid-19 di bandara Pangkal Pinang, Sabtu (28/3/2020).

Baca juga: Kapolda Babel: Cheng Beng Tahun Ini Sebaiknya Tidak Dilaksanakan

Bustami menuturkan, dalam komunitas mayarakat yang egaliter seperti di Kepulauan Bangka Belitung, peran pemerintah harus lebih dominan.

Sebab pemerintah memiliki kuasa dan kewenangan untuk melakukan tindakan.

"Kalau nanti Cheng Beng tidak boleh pulang, ya harus jangan pulang," ujar Bustami mencontohkan.

Tradisi lainnya seperti perang ketupat, kata Bustami juga harus diperlakukan sama.

Tidak boleh dilaksanakan karena akan menjadi tempat kerumunan banyak orang.

"Tidak boleh ya tidak dilaksanakan. Tidak boleh diubah, lempar ketupatnya dari masing-masing. Jangan. Bagaimana pun nanti orang akan berkumpul," ujar dia.

Baca juga: Antisipasi Covid-19, Babel Batasi Penerbangan dan Angkutan Pelabuhan

Hal senada juga diutarakan budayawan Akhmad Elvian.

Kata Elvian, kearifan lokal sejak lama mengenal istilah awer. Yakni tidak boleh keluar masuk kampung jika sedang terjadi wabah.

"Biasanya ada penanda, pohon kayu yang dikelupas. Itu artinya ada wabah, tidak boleh masuk atau keluar dari kampung itu," ujar Elvian yang menulis buku Kampoeng di Bangka.

Menurut Elvian, di Bangka ada beberapa tradisi yang biasanya dilaksanakan masyarakat menjelang lebaran.

Selain Cheng Beng dari kalangan etnis Tionghoa, juga ada perang ketupat di Bangka Barat dan nganggung yang hampir merata dilaksanakan di Kepulauan Bangka Belitung.

Nganggung ini berupa makan bersama menggunakan dulang yang biasanya dilaksanakan di balai desa atau masjid.

Baca juga: Warga Babel Minta Penutupan Jalur Transportasi Udara dan Laut untuk Cegah Corona

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com