Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan BMKG Soal Fenomena Puting Beliung Aneh di Danau Laut Tawar Aceh Tengah

Kompas.com - 27/03/2020, 08:00 WIB
Kontributor Takengon, Iwan Bahagia ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

TAKENGON, KOMPAS.com - Fenomena aneh angin mirip puting beliung di Danau Laut Tawar menghebohkan masyarakat Kampung Mengaya, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh.

Kejadian langka ini terjadi Kamis (26/3/2020) petang, sekitar pukul 18.30 WIB dan berlangsung selama 25 menit.

Kejadian ini menimbulkan suara gemuruh, yang anehnya hilang saat azan magrib berkumandang di kampung tersebut, menurut kesaksian salah satu warga.

Baca juga: Kesaksian Warga Lihat Puting Beliung Aneh di Danau Laut Tawar Aceh Tengah: Suara Gemuruh Hilang Saat Azan Magrib

Dikonfirmasi terpisah, Kasi Data dan Informasi BMKG Aceh, Zakaria Ahmad saat dihubungi Kompas.com mengatakan jika fenomena tersebut bukanlah hal yang aneh.

Menurut dia, angin yang tampak dalam rekaman video di Danau Laut Tawar itu adalah fenomena Waterspout atau belalai air.

Waterspout masih dapat dikatakan angin puting beliung, meski demikian tetap memiliki sejumlah perbedaan dengan angin puting beliung.

"Itu namanya waterspout. Waterspout sama dengan angin puting beliung. Bedanya kalau waterspout terjadi di permukaan air, baik itu di danau atau di permukaan laut dan bisa juga terjadi di sungai yang luas," jelas Zakaria saat dihubungi melalui telepon, Kamis (26/3/2020) malam.

Baca juga: Waterspout Kerap Terjadi di Perairan Ambalat dan Membahayakan Nelayan

Bukan fenomena aneh

Menurut Zakaria, angin jenis ini akan punah atau melemah ketika pergerakannya menuju atau mencapai daratan.

Waterspout biasanya terjadi di air dan saat tekanan udara rendah di suatu wilayah.

"Kecepatan angin jenis ini biasanya antara 50-60 kilometer per jam atau lebih," ungkap Zakaria.

Baca juga: Fenomena Belalai Air atau Waterspout Muncul di Selat Bali

Sementara itu angin puting beliung lanjut Zakaria, merupakan fenomena biasa yang terjadi di daratan dan punah ketika pergerakannya sudah atau saat angin mencapai wilayah perairan.

Namun baik waterspout maupun angin puting beliung muncul disebabkan alasan yang sama, yaitu awan Cymulonimbus atau awan CB.

"Ini fenomena biasa terjadi. Kesimpulannya waterspout biasa terjadi di wilayah perairan, dan puting beliung di daratan," sebut Zakaria yang berkantor di Kantor BMKG Aceh di Banda Aceh itu.

Baca juga: Penjelasan BMKG Soal Fenomena Langit Oranye di Karawang

 

Baru pertama kali terjadi, berlangsung 25 menit

Sebelumnya, Haidir, Sekretaris Kampung Mengaya, menceritakan kejadian yang baru dialaminya dan warganya di danau tersebut.

"Ketika pemain voli berhenti, kami yang sedang menonton voli juga tumpah ruah bersama masyarakat menyaksikan ada yang berputar seperti angin puting beliung di arah danau," kata Haidir melalui telepon selulernya kepada Kompas.com, Kamis (26/3/2020).

"Kami pun berzikir bersama menyaksikan peristiwa itu, persis yang terlihat dan terdengar dalam rekaman video itu," ujar Haidir.

Baca juga: Misteri Semburan Lumpur di Grobogan, Setinggi 30 Meter, Berubah Jadi Air Asin, Fenomena Apa?

Menurut Haidir, peristiwa itu terjadi sekitar 25 menit, mulai pukul 18.30 WIB hingga 18.55 WIB.

Angin itu lanjut Haidir, tampak berputar dari awan yang sedang mendung hingga berujung di air danau, seperti menyedot air tersebut.

Bukan hanya itu sebut Haidir, angin tersebut mengeluarkan suara gemuruh yang terdengar oleh seluruh masyarakat.

Anehnya, suara gemuruh itu hilang saat azan magrib berkumandang di kampung tersebut.

Baca juga: Fakta Fenomena Sinkhole di Gunungkidul: Kedalaman 5 Meter hingga Potensi Bahayanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com