Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Corona, Penjahit Masker Kain Skala Rumahan Kebanjiran Pesanan

Kompas.com - 24/03/2020, 11:18 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com -Wabah Coronavirus Diseases-19 (Covid-19) menjadi berkah bagi para penjahit amatir, utamanya yang hobi dan membuka usaha menjahit rumahan. 

Produksi masker atau penutup hidung dan mulut bikinan penjahit ini laku keras. 

Para penjahit tidak hanya menjual secara langsung, tetapi ada pula yang mengumpulkannya ke pengepul lantas dikirim ke pembeli. 

"Saya menjahitnya sendiri. Pembelinya sudah tahu saya. Mereka punya nomor kontak saya, karena mereka nasabah saya di kegiatan pembuatan seserahan," kata Ngadiyanti (50) di Pedukuhan Dipan, Kapanewon Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (23/3/2020).

Baca juga: Seorang PDP Virus Corona di Makassar Meninggal Dunia

Mbak Chepe, panggilan Ngadiyanti, merupakan perajin barang seserahan untuk pengantin.

Ia melakoni pekerjaan ini sejak 2005, karena itu keterampilan menjahitnya mumpuni untuk menghasilkan  barang seserahan, karena mayoritas seserahan memang dari bahan kain. 

Dengan keahliannya, Chepe juga menjual gorden, home decoration, taplak meja, sarung kursi, sarung meja hingga bantal. Semuanya memerlukan keterampilan menjahit. 

Wabah Covid-19 membuat panik orang untuk membeli apapun, termasuk masker. Masker pun hilang di peredaran. Kalaupun ada, harganya mahal. 

Chepe mengungkapkan, ia menangkap peluang itu untuk ikut memproduksi masker.

Namun, ia mengaku tidak menjadikan momen ini sebagai ajang aji mumpung. Karenanya, ia tidak mematok harga sama dengan penjahit lain. 

Ia bikin dari kain katun, sisa kain untuk bikin seprai. 

Masker bikinannya bermotif pada bagian luar. Sebagaimana motif seprai pasti lucu dan unik. Ia melapis bagian dalam dengan kain  lembut yang biasa dipakai untuk bantal bayi. 

Pengait telinga dari karet elastic baby. Ia menambahkan tali pengencang dengan tali zebra dan ada stopper-nya. 

"Saya membuatnya semacam menggembung pada bagian depan sehingga yang memakai bebas bernapas. Kemudian setelah memakai, tali belakang kepala dikencangkan pakai stopper," kata Chepe.

Chepe mengaku tidak menyediakan waktu secara khusus membuat masker. Pasalnya, ini bukan usaha utamanya. Ia bikin masker di saat waktu senggang, memanfaatkan kain sisa, dan menjualnya sendiri. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com