Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta di Balik PDP Covid-19 Ditolak 4 Rumah Sakit, Kondisi Pasien Memburuk hingga Petugas Puskesmas Pakai Pelindung Jas Hujan

Kompas.com - 24/03/2020, 10:12 WIB
Setyo Puji

Editor

KOMPAS.com - Seorang pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 di Purbalingga, Jawa Tengah, terpaksa hanya mendapat perawatan medis di tingkat puskesmas.

Pasalnya, sejumlah rumah sakit menolak merawatnya dengan alasan beragam.

Karena kondisinya semakin memburuk, petugas medis di puskesmas hanya merawatnya dengan perlengkapan seadanya.

Pasien PDP

Ilustrasi virus coronaShutterstock Ilustrasi virus corona

Kepala Puskesmas Kejobong, Dyah Kurniasih mengatakan, pasien tersebut diketahui memeriksakan diri di puskesmasnya pada Minggu (22/3/2020).

Saat dilakukan pemeriksaan petugas medis, pasien tersebut ditetapkan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP).

Sebab, pasien itu mengeluhkan gejala batuk, pilek, demam, dan sesak napas usai pulang dari Jakarta.

"Kebetulan pasien ini juga baru saja pulang dari Jakarta sehingga sesuai Juknis (petunjuk teknis) kami kategorikan sebagai PDP," kata Dyah ketika ditemui wartawan, Senin (23/3/2020).

Baca juga: Stok Masker di RSUD Cianjur Raib Dicuri, Polisi: Sangat Tidak Manusiawi

Ditolak 4 rumah sakit

Ilustrasi rumah sakitSHUTTERSTOCK Ilustrasi rumah sakit

Karena pasien tersebut masuk kategori PDP, pihak puskesmas berupaya merujuknya ke rumah sakit di daerah Purbalingga, agar segera mendapatkan perawatan medis secara memadai.

Namun, saat berusaha mencari rujukan rumah sakit tersebut, Dyah mengatakan sekitar empat rumah sakit tidak berkenan menerima pasien rujukannya.

Alasannya beragam, ada yang mengaku kamarnya penuh hingga belum siap menerima pasien corona.

"Kami berusaha menghubungi empat rumah sakit. Namun di RSUD Goeteng dan RS Harapan Ibu penuh, sedangkan di RS Nirmala dan RS Emanuel belum siap menerima," jelasnya.

Baca juga: Buat Hand Sanitizer dari Ciu, Bupati Banyumas: Jangan Bilang Ciu Lah, Nanti Saya Dibully Terus

Dirawat di puskesmas

Ilustrasi virus coronaShutterstock Ilustrasi virus corona

Karena kondisi pasien tersebut diketahui semakin memburuk, pihak puskesmas akhirnya berinisiatif membuat ruang isolasi darurat.

Sedangkan petugas medis yang melakukan penanganan itu hanya menggunakan perlengkapan seadanya untuk perlindungan diri, seperti jas hujan dan membuat kacamata dari mika.

"Ada satu ruangan yang kita kosongkan khusus untuk pasien itu, APD (Alat Pengaman Diri) kami pakai alat sederhana kayak jas hujan sama bikin kacamata google dari mika," katanya.

"Kami juga sudah koordinasi dengan Dinas Kesehatan karena memang Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan primer belum pernah disiapkan untuk hal semacam ini. Meskipun jauh dari standar tapi kami berusaha untuk melakukan yang terbaik," tambahnya.

Baca juga: Ditolak 4 Rumah Sakit, PDP Covid -19 di Purbalingga Tempati Ruang Isolasi Darurat Puskesmas

Klarifikasi RSUD

Ilustrasi rumah sakit.healthcareitnews.com Ilustrasi rumah sakit.

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, Nonot Mulyono membenarkan informasi yang disampaikan pihak puskesmas.

Menurutnya, saat itu RSUD tidak bisa menerima pasien rujukan tersebut karena 12 kamar isolasi yang disediakan sudah penuh.

"Paling cari rumah sakit lain, kami arahkan ke RS Margono, RSUD Banyumas atau Banjarnegara juga bisa," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Purbalingga, Hanung Wikantono menyampaikan, jumlah rumah sakit yang menyediakan ruang isolasi di Purbalingga diketahui memang terbatas, yaitu hanya ada di RSUD dan Panti Nugroho.

Karena itu, Pemkab saat ini berencana menyiapkan ruang isolasi tambahan. Seperti di kompleks UPTD Logam Kelurahan Purbalingga Lor dan gedung bekas Panti Nugroho di Jalan Isdiman.

Penulis : Kontributor Banyumas, M Iqbal Fahmi | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com