Kemudian, Risma menantang sejumlah perguruan tinggi di Surabaya untuk membuat alat sterilisasi tubuh tersebut.
Pembuatan alat ini harus melibatkan sejumlah ahli dari perguruan tinggi agar aman digunakan masyarakat.
"Ibu menawarkan ke perguruan tinggi untuk membuat alat itu. Tapi yang merespons adalah Institut Teknologi Telkom Surabaya," kata Fikser.
Setelah itu, Risma dan Rektor IT Telkom Surabaya Tri Arief Sardjono berdiskusi hingga tercapai kesepakatan untuk bekerja sama membuat bilik sterilisasi itu.
Baca juga: Keadaan Membaik, Mahasiswa Positif Corona di Malang Tunggu Hasil Lab Sebelum Dipulangkan
Meski begitu, Fikser belum bisa memastikan apakah alat itu akan diproduksi secara massal dalam waktu dekat.
Menurutnya, kebijakan tersebut akan langsung disampaikan Risma bersama pihak IT Telkom Surabaya.
"Saya kira besok akan ada jawaban soal itu dari ibu ya. Karena memang harus ada penjelasan dari ibu atau rektor. Memang ibu ingin alat ini untuk warga kota ya. Tentunya tidak satu, ibu yang harus ngomong nanti seperti apa," imbuh dia.
Kepala Prodi Teknik Komputer IT Telkom Surabaya Helmi Widiyantara yang juga tim teknis pembuatan bilik sterilisasi mengatakan, ide bilik sterilisasi diprakarsai Rektor IT Telkom Surabaya Tri Arief Sardjono.