Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota DPR Imbau Kepsek Bersihkan Sekolah Selama Siswa Belajar di Rumah

Kompas.com - 17/03/2020, 11:52 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anggota DPR RI dari Partai Golkar, Dedi Mulyadi mengajak semua pihak, terutama kepala sekolah dan dinas pendidikan di daerah berpotensi endemik corona untuk membersihkan sekolah dengan disemport pakai bahan sederhana.

Hal itu menyusul kebijakan siswa belajar di sekolah pasca-merebaknya wabah corona di Indonesia.

"Selama siswa belajar di rumah, mari kita bersihkan sekolah dengan bahan sederhana. Misalnya, dengan pembersih lantai atau deterjen sehingga virus-virus termasuk corona mati," imbau Dedi kepada Kompas.com, Selasa (17/3/2020). 

Dedi mengatakan, aksi itu dilakukan negara lain yang berhasil melawan virus corona.

Baca juga: Komisi X DPR Imbau Aktivitas Belajar di Rumah Tak Dimanfaatkan untuk Liburan

 

Ia mengimbau, warga juga tidak panik tak jelas dalam menghadapi wabah virus yang berasal dari Wuhan, China itu. Tetapi diperlukan tindakan yang lebih nyata di masyarakat.

"Tindakan itu harus dipelopori oleh pemda masing-masing dan digerakan oleh stakeholder, misalnya kepala sekolah dan dinas pendidikan di daerah," kata mantan bupati Purwakarta itu.

Menurutnya, kebijakan siswa belajar di rumah namun tidak dilanjutkan dengan aksi nyata, yakni membersihkan lingkungan sekolah, maka itu akan menjadi sia-sia. 

"Karena tak ada artinya kalau anak belajar di rumah, tetapi di sekolahnya masih nempel virus. Kan tujuan orang disuruh belajar dan tinggal di rumah itu untuk mengurangi siklus penyebaran virus ini agar terputus mata rantainya," kata Dedi.

Selain itu, anak-anak juga diimbau untuk diam di rumah dan belajar. Kalau setelah belajar di rumah, tetapi anak-anak naik motor ke sana ke mari lalu mennonton biskop dan jalan, maka kebijakan itu juga tak ada artinya.

"Ini harus ada tindakan nyata. Diperlukan pemimpin di daerah yang berani mengambil insiatif dengan langkah yang tepat," ujarnya.

Tindakan nyata itu, lanjut Dedi, misalnya, polisi merazia anak-anak yang keluyuran di jalan. Lalu memberi sanksi guru atau pergawai kantor yang hari ini diberi kesempatan bekerja di rumah.

"Misalnya, guru yang keluyuran di luar ditangkepi dan dipotong honornya. Sebab, tidak ada artinya kalau kebijakan anak belajar di rumah, tapi malah anak dan gurunya keluyuran. Pegawai kantor juga jalan-jalan. Itu tidak akan bisa memutus mata rantai corona. Malah penyebarannya bisa meluas," tandas Dedi. 

Lab tes corona di Jabar

Dalam kesempatan itu, Dedi juga menyoroti tidak adanya laboratorium pemeriksaan Coronavirus Desease (Covid-19) jaringan Kementerian Kesehatan di Jawa Barat.

Menurut Dedi, untuk Jabar sepertinya merujuk ke laboratorium di Jakarta.

Namun bagi daerah Jabar yang jauh, aksesnya akan sulit.

Menurut Dedi, seharusnya laboratorum untuk jabar ditempatkan di daerah yang mudah dijangkau dan berada di tengah, misalnya di Bandung, Cimahi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung Barat. Sebab, daerah itu memiliki akses yang mudah dan terkoneksi dengan tol.

"Karena Jabar jumlah penduduk paling tinggi. Tingkat risiko relatif sangat tinggi, sehingga kalau (laboratorum) ke Jakarta dengan mobilitas yang jauh, sangat disayangkan kebijakan itu," kata Dedi.

Baca juga: Antispasi Virus Corona, Murid PAUD hingga SMP di Tanjungpinang Belajar di Rumah

Sebagai warga Jawa Barat dan anggota DPR RI yang mewakili masyarakat Jabar, Dedi meminta laboratorium di Jabar ditempatkan jauh dari DKI.

"Atau misalnya, masyarakat Purwakarta, Karawang, Bekasi dan Depok bisa ke Jakarta. Sementara masyarakat Priangan Timur (Tasikmalaya, Banjar, Garut, Ciamis dan Pangandaran) bisa di daerah tengah tadi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com