Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mbah Mangun Hidup Menyendiri di Dekat Kandang Sapi dan Tidur di Samping Peti Mati

Kompas.com - 13/03/2020, 16:14 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

Ia pun hidup merantau ke mana-mana setelah itu, termasuk ke Sumatera. Namun, perjalanan usia tak bisa menipu. Ia akhirnya  merasa ringkih. Sejak itu, ia ikut saudara dan kerabat di Yogyakarta dan bekerja apa saja. 

“Terakhir di Wonosari, kemudian kembali ke sini. Dia mengatakan, ingin ikut saya saja. Bagaimana pun saya terima,” kata Waryadi. 

Ia mengingat, waktu itu Mangun datang pada 2012. Waryadi mengatakan, Mangun meminta untuk bisa numpang hidup bersama adiknya. 

Waryadi mengaku hidupnya sebenarnya juga dalam keterbatasan. Meski begitu, ia tetap membangun rumah kecil untuk Mangun di belakang rumahnya.

Mereka berbagi sumur. Ia juga menyalurkan listrik dan lampu ke pondok ini. 

“Saya tidak akan merasa sia-sia (sudah membantu sedemikian rupa)” katanya.

Waryadi mengaku ia kesulitan kalau sampai harus menanggung seluruh penghidupan Mangun. Namun Mangun tetap beruntung, anak cucunya cukup peduli dan perhatian.

Cucunya, menurut Waryadi, yang membantu, mulai dari menyediakan dipan hingga kasur.

“Berhubung saya tidak punya penghasilan dan tidak bekerja,” katanya.

Bahkan, cucunya pula yang membelikan 4 kambing untuk kegiatan hari-hari Mangun. Cucunya, kata Waryadi, tiap bulan mengirim uang dan sembako untuk jaminan hidup.

“(Semua) yang merawat cucunya,” kata Waryadi.

Jual kambing beli peti mati

Belakangan, Mangun menjual kambing itu. Ia menggunakan uang hasil menjual kambing untuk membeli peti mati, kain mori, gali kubur hingga kijing.  

Peti mati sekitar Rp 1 juta, 3 kain mori seharga Rp 50.000 per lembarnya, dan kijing seharga Rp 650.000.

“Peti itu meminta anaknya. (Tapi anaknya menolak dan bilang) kalau besok (meninggal) baru beli dan pakai (peti mati), tapi sendirinya (Mangun) marah. Akhirnya cari peti,” kata Waryadi.  

Pada suatu waktu, ada yang mengantar peti mati melintas desa dan menuju ke belakang rumah Waryadi. Warga Mendiro geger. Sebagaimana umumnya  masyarakat Jawa, warga saling memperhatikan satu dengan lain.

Warga terbiasa saling membantu maupun menjenguk mereka yang sakit atau berduka cita. Tak ada angin dan hujan, kedatangan peti mati tanpa ada kabar duka cita, tentu membuat warga bertanya-tanya.

"Sing durung ono teh karo gulo, nganggo nyepaki wong sing layat (yang belum siap itu teh dan gula, untuk mereka yang datang melayat nanti)," kata Mangun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com