Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mbah Mangun Hidup Menyendiri di Dekat Kandang Sapi dan Tidur di Samping Peti Mati

Kompas.com - 13/03/2020, 16:14 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Lengang menyelimuti Pedukuhan Mendiro, Kalurahan (desa) Gulurejo, Kapanewon (kecamatan) Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Suara lenguh lembu, motor melintas, atau kendaraan besar di kejauhan sesekali memecah lengang ini.

Situasi lengang dan sepi seperti ini keseharian bagi seorang kakek renta yang disapa warga sebagai Mbah Mangun (87 tahun).

Ia tinggal di batas Pedukuhan Mendiro dan Pulo.

Tak ada kawan, tak ada yang mengajak bicara, kecuali sepi, sendiri.  

Baca juga: Cerita Tunanetra di Jombang, Terpaksa Hidup Sendiri karena Anak Masuk RS akibat Kanker

Mangun hidup dalam pondok mungil sekitar 3x3 meter. Pondok itu berada di kebun belakang, antara rumah batu dan kandang sapi.

Kawasan tempat tinggalnya merupakan pekarangan milik Waryadi (65), adik dari ayah yang sama.

Pondok membelakangi jalan kampung dari semen dan bagian mukanya menghadap sumur dan kamar mandi. 

Pondok mungil itu sejatinya kokoh meski dindingnya cuma dari terpal yang sebentar lagi bolong.

Terpal terpaku pada tiang pondok dari beton. Atap pondok genting tanah liat, lantainya masih tanah.

Tak ada pintu, hanya gedhek dan tumpukan kayu bakar sebagai penghalang bagian muka pondok mungilnya yang menghadap sumur.

“Saya tinggal di sini sudah berapa tahun ya? Saya tidak punya rumah. Soalnya dulu mblayang-mbalang wae (Jawa: jalan-jalan ke mana-mana),” kata Mbah Mangun, Rabu (11/3/2020).

Baca juga: Kisah Pilu Fatima, Penderita Tumor Mata Ganas di Flores yang Hidup Sendiri

Mangun hidup tanpa punya apa-apa dalam pondok ini. Tanpa barang apalagi harta. Hanya terlihat radio usang di sudut ruang pondok, piring bekas pakai yang belum dicuci, ember lusuh tempat ayam mengerami telur, tumpukan beras dalam karung, dan sembako yang masih dalam plastik. 

Sebagian besar ruangan pondok untuk dipan dengan kasur tipis yang kapuknya sudah mulai terburai. 

Tapi, ada yang mengejutkan dan membuat bergidik dalam ruang pondok itu.

Mbah Mangun menempatkan peti mati dengan ukuran sepanjang tubuhnya. Peti mati itu kosong, belum pernah dipakai, di letakkan di samping kasur tempat tidur.

Ada tiga potong kain mori  yang sudah lembab di sana. 

“Aku wis siap-siap,” kata Mangun.

Mangun menceritakan, semua disiapkan untuk kematiannya kelak.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com