Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berlian Banjarmasin: 160 Tahun di Belanda, Kerabat Sultan Minta Dikembalikan ke Banjar (2)

Kompas.com - 13/03/2020, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sebuah berlian dari era Kesultanan Banjar yang dipajang di sebuah museum di Amsterdam Belanda.

Berlian 80 karat, "jarahan perang" hampir 160 tahun lalu, sempat diberikan kepada Raja Willem III pada tahun 1862 sebagai hadiah.

Intan ini disebut oleh seorang menteri Belanda pada sekitar tahun 1900an sebagai "benda jelek dan kotor", karena tak pernah berhasil dijual akibat biaya pengolahan yang sangat mahal saat itu.

Kerabat sultan menyebut "simbol kesultanan yang dirampas" Belanda ini harus kembali ke tanah Banjar.

Baca juga: Raja dan Ratu Belanda Batal Berkunjung ke Kalimantan Tengah

Kesultanan Banjarmasin, yang kembali didirikan di tahun 2010 di bawah pimpinan Khairul Saleh, mantan bupati Banjar yang kini menjabat sebagai anggota DPR, mengklaim sudah pernah meminta Belanda mengembalikan berlian itu.

Kesultanan itu sendiri tidak didirikan sebagai simbol kekuasaan, namun sebagai upaya melestarikan kebudayaan Banjarmasin.

Ahmad Fikri Hadin, perwakilan dan kerabat Kesultanan Banjar yang diberi gelar 'Datuk', mengatakan kesultanan pernah melakukan lobi ke museum di Belanda untuk pengembalian berlian juga barang-barang bersejarah lainnya ke kesultanan Banjar.

Baca juga: Raja dan Ratu Belanda Kunjungi Keraton Yogyakarta

Upaya surat-menyurat, menurut keterangan pihak kesultanan juga sudah pernah dilakukan tapi tidak membuahkan hasil. BBC Indonesia/Anindita Pradana Upaya surat-menyurat, menurut keterangan pihak kesultanan juga sudah pernah dilakukan tapi tidak membuahkan hasil.
Namun, kata Ahmad, permintaan itu belum dikabulkan karena saat ini secara resmi Kesultanan Banjar, sebagai pusat kekuasaan, sudah tidak ada.

"Itu tidak bisa karena dulu itu adalah milik kesultanan Banjar yang mana statusnya adalah sebuah negara. Sementara kan sekarang ini negara Banjar sudah tidak ada lagi," ujar Ahmad.

Upaya surat-menyurat, menurut keterangan pihak kesultanan juga sudah pernah dilakukan tapi tidak membuahkan hasil.

Namun, menurutnya, berlian itu tetap harus dikembalikan ke Banjar karena benda itu bisa menggambarkan kejayaan tanah itu di masa lalu.

Baca juga: Blangkon dari Perak, Cenderamata Sri Sultan HB X untuk Raja Belanda

"Mungkin kalau kita gali lagi tanah di sini, jarang sekali menemukan (intan seperti) itu. Jadi kepemilikan itu salah satu tanda kemakmuran dari kesultanan Banjar tempo dulu. Jadi betapa wah nya saat bagaimana utusan Belanda pada pertama kali mendatangi kesultanan Banjar melihat kemewahan-kemewahan yang ada di kesultanan Banjar," kata Ahmad.

"Bukan mewah untuk riya atau menunjukkan kesombongan. Tapi memang tanah-tanah yang ada di wilayah kesultanan Banjar menghasilkan kekayaan alam yang sangat banyak."

Tanpa ada sisa bekas kesultanan di tanah Banjar, yang dihancurkan Belanda, Ahmad menilai barang itu perlu dikembalikan.

Baca juga: Raja Belanda ke Candi Prambanan, Ini Panduan Nonton Sendratari Ramayana Prambanan

Berlian itu tetap harus dikembalikan ke Banjar karena benda itu bisa menggambarkan kejayaan tanah itu di masa lalu. BBC Indonesia/ Anindita Pradana Berlian itu tetap harus dikembalikan ke Banjar karena benda itu bisa menggambarkan kejayaan tanah itu di masa lalu.
"Karena itu hak kerajaan Banjar...Maknanya, tidak hanya bagi Banjarmasin, tapi suku Banjar pada umumnya... Juga kita ingin menunjukkan secara de facto dan de jure wilayah kekuasaan kerajaan Banjar itu memang ada," ujarnya.

Kemegahan kesultanan Banjar pernah digambarkan Johannes Paravicini, utusan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang diurus ke Banjarmasin pada pertengahan abad ke 18.

Ia mengatakan ia disambut musik merdu kala memasuki gedung kesultanan, yang digambarkannya, memiliki dinding dan lantai yang ditutup permadani keemasan.

Kesultanan di Kayu Tangi, Martapura, itu pun memiliki piring, mangkok, hingga tempat meludah dari emas, ujarnya.

Baca juga: Raja Belanda Jalan Kaki Susuri Kampung dan Nikmati Mural di Yogyakarta

"Selir-selir Sultan berhias emas intan yang mahal sekali, bangku indah yang tak terbanding, tempat pangeran-pangeran yang indah duduk, tempat duduk para pembesar kerajaan," ujar Paravicini.

"Banyaknya alat kerajaan, pembawa senjata-senjata kerajaan dan lambang kerajaan, semuanya itu ditata, dihias, dengan berlian yang mahal dan dihias dengan emas..."

Pengalaman Paravinici tertulis dalam buku karangan Idwar Saleh 'Banjarmasin, Selayang Pandang Mengenai Bangkitnya Kerajaan Banjarmasin Posisi, Fungsi, dan Artinya dalam Sejarah Indonesia dalam Abad 17'.

Baca juga: Alasan WN Belanda Aniaya Nelayan Rote Ndao, Tak Puas dengan Pembangunan Bungalow

Gambar sungai Martapura, Banjarmasin, yang diambil sebelum tahun 1880. Leiden University Libraries KITLV 82965 Gambar sungai Martapura, Banjarmasin, yang diambil sebelum tahun 1880.
Sejak abad-ke 17, sejarawan Banjarmasin Ahmad Barjie mengatakan, Kalimantan Selatan merupakan penghasil lada yang besar, juga penghasil emas dan berlian, maka Kesultanan Banjarmasin itu sangat kaya.

Namun, kini, sisa-sisa kejayaan Kesultanan Banjarmasin tidak lagi nampak setelah perang berkepanjangan antara Belanda dan masyarakat Banjar.

Di tahun 1612, armada Belanda menyerang Kesultanan Banjar di Kuin dengan serangan meriam, ujar sejarawan Ahmad Barjie. Peristiwa itu membuat kesultanan berpindah lokasi ke Martapura lalu ke sejumlah lokasi lainnya hingga dibubarkan sepihak oleh Belanda di tahun 1860.

Konflik itu pun meruncing menjadi perang di tahun 1859-1906 (yang menurut versi Belanda hanya berlangsung hingga 1859-1860, saat kesultanan dibubarkan).

Baca juga: Kembangkan Sektor Transportasi, Menhub Buka Peluang Kerja Sama dengan Belanda

Peperangan berkepanjangan itu mengubah kehidupan sosial di daerah itu, ujar sejarawan Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur.

"Perang Banjar tentunya banyak menguras tenaga, kemudian juga banyak menyebabkan kelumpuhan di bidang ekonomi karena perang mereka tidak bisa lagi bertani, mengembangkan perkebunan, dan sebagainya," ujarnya.

"Belum lagi setelah Belanda berkuasa memenangi perang Banjar banyak menarik pajak. Pajak-pajak besar dari masyarakat yang mengakibatkan kesengsaraan di masyarakat."

Baca juga: Raja dan Ratu Belanda Terpesona Sendratari Ramayana

 

Kalau kembali, mau diapakan?

Sejak abad-ke 17, Kalimantan Selatan disebut merupakan penghasil lada yang besar, juga penghasil emas dan berlian. BBC Indonesia/Anindita Pradana Sejak abad-ke 17, Kalimantan Selatan disebut merupakan penghasil lada yang besar, juga penghasil emas dan berlian.
Mansyur yang juga penulis buku 'Bandjarmasin Tempo Doeloe: Sketsa Kecil dari Bingkai Masa Lalu', mengaitkan barang itu dengan identitas masyarakat Banjarmasin.

"Barang-barang itu paling tidak menjadi sesuatu yang monumental bagi kami, sesuatu kenangan barang berharga yang mungkin nilainya sangat besar," kata Mansyur.

"Yang paling penting generasi muda bisa melihat dan memiliki identitas dengan melihat barang-barang pada masa lalu."

Sementara, melalui sambungan telepon dengan BBC Indonesia, Sultan Khairul Saleh mengatakan jika berlian dikembalikan pada kesultanan, ia akan menggunakannya untuk kesejahteraan masyarakat.

Baca juga: Ratu Belanda Lepas Sarung Tangan Saat Bersalaman dengan Sri Sultan, Disuguhi Tarian Tradisional

"Termasuk harta, termasuk berlian, kita bisa menjadikan berlian tersebut bisa kita amankan, bisa kita jadikan uang, uangnya bisa kita gunakan untuk kesehatan, pendidikan," ujarnya.

"Artinya untuk kepentingan masyarakat Banjar."

Ia sendiri mengestimasi harga berlian itu mencapai miliaran rupiah.

Apakah ada yang mau membeli berlian semahal itu?

"Kalau yang mau beli, banyak kali yang mau beli ya..."

Baca juga: Kunjungan ke Pabrik Benih Cap Panah Merah, Wakil Menteri Belanda Jajaki Kerja Sama

Harus dikembalikan ke siapa?

Sampai saat ini, Banjarmasin masih merupakan produsen berlian. Getty Images Sampai saat ini, Banjarmasin masih merupakan produsen berlian.
Sultan Khairul Saleh mengatakan berlian itu sudah seharusnya dikembalikan ke Kesultanan Banjarmasin, bukan ke pemerintah pusat.

"Itu bukan milik pemerintah Indonesia. Itu milik kerajaan Banjar. Jangan lah, jangan sampai di pemerintah Indonesia. Jangan sampai salah, untuk apa diserahkan ke pemerintah Indonesia? Hak kerajaan itu," kata Khairul.

Sementara itu, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid, sudah beberapa kali berkomunikasi dengan pengurus sejumlah museum di Belanda untuk membicarakan masalah pengembalian itu.

Baca juga: Raja Belanda ke Candi Prambanan, Promosi Pariwisata Gratis di Tengah Isu Corona

Ia mengatakan, kepada siapa benda-benda bersejarah harus dikembalikan akan dibicarakan kemudian hari.

"Ini kan isu penting karena benda itu boleh dibilang, bisa saja misalnya diperoleh dari penduduk, dari kesultanan yang sekarang sudah tidak ada. Kalau ke dia dikembalikan ke Indonesia tentu akan pertanyaan kepada siapa," ujar Hilmar.

"Karena mungkin ahli warisnya sudah, mungkin nggak bisa dilacak, atau bahkan kita enggak bisa mengenali secara persis benda ini sesungguhnya milik perorangan atau bukan. Kalau tidak dikembalikan kepada ahli waris, maka dikembalikan kepada negara," ujarnya.

Baca juga: Temui Risma, Pemerintah Belanda Berencana Investasi di Surabaya

Sultan Khairul Saleh mengatakan jika berlian dikembalikan pada kesultanan, ia akan menggunakannya untuk kesejahteraan masyarakat. Website Kesultanan Banjar Sultan Khairul Saleh mengatakan jika berlian dikembalikan pada kesultanan, ia akan menggunakannya untuk kesejahteraan masyarakat.
Ia mengatakan, pengembalian benda bersejarah, seperti berlian itu, harus didahului dengan penyelidikan atas asal usul benda itu, atau yang disebutnya provenance research, sebuah tahapan yang sedang dilakukan kedua negara.

Penyelidikan itu, katanya, diperlukan untuk melihat apakah benda itu diperoleh Belanda dengan cara yang pantas.

"'Pantas' di sini misalnya, bisa saja penduduk dulu memberikan hadiah kepada pemerintah kolonial di masa itu atau si orang yang bersangkutan membeli dari masyarakat sehingga dia bisa dibilang dengan cara yang pantas," ujar Hilmar.

Baca juga: Viral dan Dikenal Publik, Kesultanan Selaco Gelar Syukuran Khusus

Hal itu dikonfirmasi Yolande Melsert, Kepala Bagian Kebudayaan dan Komunikasi Kedutaan Besar Belanda, yang mengatakan riset asal usul masih dilakukan.

"Ini bukannya tentang 'ini berasal dari Indonesia, jadi silahkan Anda bisa memilikinya'. Sangat penting Indonesia untuk menyampaikan barang-barang apa saja yang mereka inginkan untuk koleksi mereka," ujarnya.

Baca juga: Raja Belanda Ambil Pesanan Baju Batik di Kampung Cyber Yogyakarta

Selain berlian ini, pemerintah Indonesia, kata Hilmar Farid, berharap Belanda dapat mengembalikan sejumlah barang lain, seperti bendera-bendera yang digunakan dalam perang menghadapi Belanda.

"Jadi, dari barang-barang seperti ini bisa lebih mudah mungkin kita tetapkan statusnya, tapi nilai nominalnya mungkin tidak seberapa. Tapi nilai sejarahnya karena terkait sejarah identitas dari masyarakat yang bersangkutan saya kira sangat sangat signifikan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com