SEMARANG, KOMPAS.com - Sebanyak 17 orang di Jawa Tengah meninggal dunia akibat terjangkit demam berdarah (DB).
Data tersebut mengacu pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng sejak Januari hingga awal Maret 2020.
Angka kematian tersebut cenderung menurun sekitar 1,39 persen dibanding triwulan pertama tahun 2019 yang mencapai 26 orang per 100 ribu pasien.
Baca juga: Sejak Awal 2020, Lima Anak di Bogor Meninggal karena Demam Berdarah
Kepala Dinkes Jateng Yulianto Prabowo mengatakan, tahun ini angka kasus kematian akibat DB di Jateng masih di bawah 2 persen.
"Kita ingin menekan terus jangan sampai lebih dari 2 persen. Kalau bisa di bawah 1 persen. Kalau bisa tidak ada kematian," ungkap Yulianto di Semarang, Rabu (11/3/2020).
Yulianto menjelaskan, terkait upaya pencegahan DB yang terus dilakukan agar masyarakat sadar dan mengambil langkah preventif dengan rutin melakukan pemberantasan sarang atau jentik nyamuk.
"Di setiap rumah dan sekolahan serta kantor atau institusi apapun, ada juru pemantau jentik yang memastikan tiap-tiap itu tidak ada satu jentik pun. Kalau tidak ada jentik maka tidak ada nyamuk Aedes aegypti, kalau tidak ada nyamuk itu tidak ada demam berdarah," jelasnya.
Baca juga: 4 Anak Meninggal karena Demam Berdarah di Bogor
Berdasarkan data Dinkes Jateng per 10 Maret 2020 pukul 19.00 WIB, dari total 35 kota/ kabupaten tercatat ada total 1.227 pasien.
Daerah tertinggi penderita DB yakni Cilacap dengan 146 pasien dan 2 meninggal dunia.
Kemudian, Kabupaten Jepara 104 pasien dan 1 meninggal dunia, Kota Semarang 85 pasien dan 2 meninggal dunia, Kabupaten Tegal 76 pasien dan 1 meninggal dunia, disusul Brebes dan Kebumen dengan 61 pasien dan 1 meninggal dunia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.