Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jari Bayi 11 Bulan Asal Sragen Digigit Kutu Kucing, Bengkak dan Terancam Diamputasi

Kompas.com - 11/03/2020, 14:03 WIB
Labib Zamani,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SRAGEN, KOMPAS.com - Jari tangan kanan Samara, bocah berusia 11 bulan asal Dukuh Dayu RT 017, RW 005, Desa Jati Tengah, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, terancam diamputasi karena terus membengkak dan membesar akibat digigit kutu kucing.

Peristiwa nahas itu terjadi ketika anak kedua pasangan dari Wanto (30) dan Etik Susilowati (29) masih berusia sekitar empat bulan.

Samara digigit kutu kucing pada jari manis kanan ketika ditinggal ibunya memasak di dapur.

"Digigit kutu kucing itu usia empat bulan. Awalnya pas saya ajak masak," kata Etik kepada Kompas.com di Sragen, Jawa Tengah, Selasa (10/3/2020).

Kompas.com menggalang dana melalui kitabisa.com untuk membantu Samara. Sumbangkan rezeki Anda dengan cara klik di sini untuk donasi.

Baca juga: Lyme Disease, Penyakit yang Disebabkan Kutu, Kenali Gejala dan Penyebabnya

Mengetahui kutu kucing menggigit jari manis kanan anaknya, Etik pun langsung membuangnya.

Setelah dibuang muncul bintik warna merah seperti bekas gigitan nyamuk. Selama hampir sebulan bekas gigitan kutu kucing itu tidak berkembang.

Namun, gigitan itu masih membekas di jari manis kanan anaknya.

Takut terjadi apa-apa pada anaknya, kemudian Etik membawanya ke Puskesmas. Etik diberi obat salep untuk mengurangi bekas gigitan kutu kucing di jari manis kanan anaknya.Baca juga: Dikira Harimau, Jejak Kaki Kucing Hutan Bikin Heboh Warga Musi Banyuasin

Setelah diberikan salep bekas gigitan kutu kucing di jari manis anaknya tidak hilang, justru membengkak.

 

Etik kemudian membawa anaknya untuk periksa ke bidan. Setelah itu jari manis kanan anaknya yang bengkak mulai berkurang.

"Bidannya bilang katanya racun bekas gigitan kutu kucing tidak bisa terurai gitu," terang dia.

Perjuangan Etik tidak berhenti begitu saja. Demi kesembuhan anaknya, Etik membawa anaknya itu ke dokter spesialis anak.

Etik disarankan untuk melakukan rontgen dan ultrasonography (USG).

Keterbatasan biaya membuat Etik tidak dapat memenuhi permintaan dokter spesialis anak untuk rontgen dan USG. Etik sendiri di rumah tidak bekerja.

Baca juga: Kasus Penganiayaan Kucing hingga Mati di Bekasi yang Berujung Damai

Sedang suaminya hanya sebagai seorang kuli bangunan, sehingga pendapatan yang diterima tidak menentu.

Karena itu, Etik membawa anaknya ke rumah sakit umum dengan memakai BPJS.

"Sama dokternya suruh rawat inap. Beberapa hari tak dapat kamar karena penuh. Saya pindah ke RS Amal Sehat. Di sana diperiksa karanya peradangan," ujar dia.

Beberapa kali kontrol di rumah sakit tersebut bukannya berkurang bengkaknya, tetapi semakin bertambah besar. Kemudian dirujuk ke RSUD Dr Moewardi Kota Surakarta.

 

Seandainya kondisi jari tangannya masih terus bengkak dan warnanya memerah disarankan untuk diamputasi. Sebab, kalau tidak dilakukan amputasi dimungkinkan akan dapat menjalar ke bagian yang lain.

"Sekarang anaknya rawat jalan di rumah. Kadang ada dokter dari Puskesmas datang ke rumah untuk memeriksa kondisi anak saya," jelas dia.

Sejak jari tangannya membengkak, kata Etik, anaknya sering menangis, dan demam.

Bahkan, kalau sedang bermain  tangannya sering dipukulkan ke permainannya. Selain itu juga muncul benjolan di alis, dahi, ketiak, bawah telinga, dan pantat anaknya.

Lebih jauh, Etik mengungkap anaknya setiap sepekan sekali harus kontrol ke rumah sakit.

Setiap kali kontrol tidak dipungut biaya. Hanya saja untuk menebus obatnya harus membayar sendiri.

Total sekali kontrol tersebut biaya untuk membayar obatnya mencapai Rp 300.000.

Jumlah tersebut untuk satu salep dan obat antibiotik yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi infeksi bakteri.

Kompas.com menggalang dana melalui kitabisa.com untuk membantu Samara. Sumbangkan rezeki Anda dengan cara klik di sini untuk donasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com