Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswi SMP Dijadikan Budak 3 Tahun, Sering Pungut Sisa Makanan, Dipukuli karena Telambat Masak Nasi

Kompas.com - 11/03/2020, 10:11 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) berinisial MIB alias Ir (12) harus menjalani kehidupan pahit bersama pamannya, YYS (40)

Bukannya mengayomi, YYS yang merupakan adik kandung ibunya justru memperbudak dan menganiaya Ir.

Ir ditampar dan dipukuli karena terlambat memasak makanan hingga mengalami luka lebam dan bengkak di wajah serta kepalanya.

Ir pun kerap tak diberi makan hingga terpaksa memungut sisa-sisa makanan.

Baca juga: Polisi Tangkap Pria yang Aniaya Anak Kandung karena Bela Ibunya

Diajak ke Kupang

Ilustrasi penganiayaan anak-anak.Kompas.com/ERICSSEN Ilustrasi penganiayaan anak-anak.
Kisah pilu Ir berawal sekitar tahun 2016. Ir ketika itu masih berusia 9 tahun dan duduk di bangku kelas IV SD.

YYS mengajak Ir ke Kota Kupang, NTT dan pindah sekolah.

Bukan main gembiranya Ir lantaran dirinya akan bersekolah di jantung Provinsi NTT.

Di Kupang, YYS, istri dan tiga anaknya lebih banyak tinggal di mess SD lantaran pekerjaan YYS sebagai penjaga sekolah.

Sementara Ir tinggal sendiri di rumah sang paman di Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa.

Ir tak menyangka kegembiraan itu hanya sementara, ia malah mengalami penyiksaan setelah tinggal di Kupang mengikuti pamannya.

Baca juga: Fakta Sosok Wali Murid Pemilik Pistol yang Aniaya Kepala Sekolah, Sopir Truk dan Positif Narkoba

 

IlustrasiTempat SampahShutterstock IlustrasiTempat Sampah
Dianiaya karena telat masak, sering pungut sisa makanan

Impian Ir mengenyam pendidikan dan meraih cita-cita di pusat kota sirna.

Ia justru menjalani hari-hari sulit ketika berada di Kupang.

Bak budak, bocah 9 tahun itu dipaksa menyelesaikan seluruh pekerjaan rumah dari pukul 04.00 Wita hingga tengah malam.

Padahal dirinya masih harus berangkat ke sekolah dan menimba ilmu.

Namun setelah bekerja memasak, mencuci hingga membersihkan lahan, Ir kerap tak diberi makanan.

Sehingga ia terpaksa memunguti sisa-sisa makanan atau mengharapkan makanan pemberian tetangga.

Hal itu dilakukan pamannya selama bertahun-tahun, hingga kini Ir berusia 12 tahun dan duduk di bangku SMP.

Baca juga: Pemuda Ini Aniaya Perempuan yang Sering Gosipkan Orangtuanya

Dipukul

IlustrasiPIXABAY.com Ilustrasi
Setiap dua hari sekali, YYS datang dan mengecek pekerjaan Ir.

Jika ada yang tak beres, pukulan mendarat di tubuh Ir.

"Saya sering dipukul kalau melihat ada yang tidak beres di rumah," katanya.

YYS juga menganiaya Ir lantaran terlambat memasak nasi, Selasa (10/3/2020).

YYS menampar dan menganiaya ponakannya yang masih di bawah umur tersebut. Ir mengalami luka lebam dan bengkak di kepala dan wajahnya.

Setelah itu, YYS tak memberi Ir makanan hingga Ir terpaksa hanya meminum air putih.

Dilaporkan ke polisi

Ilustrasi garis polisi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi garis polisi.
Kejadian tersebut dilaporkan oleh tetangga Ir pada Bhabinkamtibmas Kelurahan Fatukoa dan polisi di Polsek Maulafa.

Kapolsek Maulafa Kompol Mergaritha Sulabesi mengatakan, telah memeriksa sejumlah pihak termasuk Ir.

"Korban sering sekali dipukul dan dianiaya serta tidak diberikan makan. Padahal, korban lelah mengerjakan seluruh pekerjaan di rumah pelaku," ujar Margaritha.

Ir, saat dijemput polisi mengalami luka lebam dan bengkak di wajah dan kepalanya kerena dianiaya YYS.

Ia kemudian divisum di RS Bhayangkara Titus Uly Kupang dan diperiksa oleh Penyidik Perempuan dan Anak (PPA) Polsek Maulafa.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere | Editor : Robertus Belarminus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com