Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Heroik Kiai Wahyudi, Ikut Jadi Korban Saat Selamatkan Santriwati yang Tenggelam

Kompas.com - 11/03/2020, 05:55 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Khairina

Tim Redaksi

GROBOGAN, KOMPAS.com - Pihak keluarga mengaku ikhlas dengan kepergian pemilik sekaligus pengasuh Ponpes Al Lathifiyah, KH Wahyudi (58) yang tewas tenggelam di kubangan galian C di Desa Katekan, Kecamatan Brati, Grobogan, Jateng pada Senin (9/3/2020).

"Kami tidak berharap apa-apa, kami hanya berharap kejadian serupa tidak terulang kembali," tutur Wafa, putra KH Wahyudi.

KH Wahyudi adalah satu di antara enam korban tewas tenggelam di kubangan galian C di Desa Katekan, Kecamatan Brati, Grobogan. 

Sementara kelima korban tewas tenggelam lainnya adalah para santriwati Ponpes Al Lathifiyah. Ponpes Al Lathifiyah merupakan ponpes putri.

Kronologi

Kasat Reskrim Polres Grobogan AKP Andi Moh Akbar Mekuo mengatakan, sebelum kejadian tragis itu terjadi, sejumlah santriwati di Pondok Pesantren Al Lathifiyah Dusun Sobotuwo, Desa Kronggen, Kecamatan Brati, Grobogan sedang mengikuti kegiatan kerja bakti di sekitar lokasi galian C yang tak jauh dari ponpes.

Saat itu, sejumlah santriwati meminta izin untuk membilas diri di cekungan galian C yang telah dipenuhi air tersebut kepada pengasuh Ponpes Al Lathifiyah, KH Wahyudi (58).

Awalnya KH Wahyudi tidak begitu khawatir karena mereka membersihkan diri di pinggiran yang airnya dangkal.

Baca juga: Kronologi Kiai dan Santriwati Tewas Tenggelam di Galian C Grobogan

"Yang nyemplung di pinggir untuk bersih-bersih jumlahnya banyak tapi belum tahu pasti jumlahnya. Keterangan saksi masih dikumpulkan," kata Andi saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/3/2020).

Setelah asyik membersihkan diri di pinggir kubangan air bekas galian c tersebut, tanpa disadari ada beberapa santriwati yang terus berjalan menengah hingga akhirnya tenggelam.

Sesuai penyidikan kepolisian, kedalaman air bervariasi mencapai 2,2 meter.

Saat itulah para santriwati berteriak meminta tolong hingga akhirnya sang kiai, Wahyudi yang mendengar teriakan itu ikut menolong dengan nyebur ke kubangan air tersebut.

"Pak Kiai yang tidak ikut berbilas akhirnya terjun menyelamatkan santriwatinya. Namun justru ikut tenggelam dan meninggal dunia. Total ada enam orang meninggal dunia," terang Andi.

 

Murni tenggelam

Menurut Andi, keenam korban murni tewas akibat tenggelam. Meski demikian, pihak kepolisian masih berupaya mendalami kasus tersebut.

"Kami masih mendalami kasus ini. Yang pasti para korban tewas tenggelam dan tak ada unsur penganiayaan," kata Andi.

 

Identitas Korban

Berdasarkan pantauan Kompas.com, bekas kerukan ekskavator galian c yang beroperasi selama beberapa tahun ini membentuk cekungan.

Cekungan kini nampak menyerupai danau lantaran dipenuhi air hujan.

"Enam orang tewas dan dua orang selamat," kata tokoh masyarakat setempat, Sukarjo (53) saat ditemui di lokasi kejadian.

Para korban tercatat berasal dari Kabupaten Grobogan. Lima di antaranya adalah para santriwati dan seorang korban lagi merupakan pemilik sekaligus pengasuh Ponpes Al Lathifiyah.

Sesuai keterangan Ponpes Al Lathifiyah, kelima santriwati tersebut yaitu SL (17) warga Temon, Brati,  SS (17) warga Getasrejo, Grobogan, NZ (13) warga Tarub, Tawangharjo, LN (17) warga Brati, IS (13) warga Kuripan, Purwodadi.

Sementara seorang korban yaitu pemilik Ponpes Al Lathifiyah, KH Wahyudi (58).

Adapun dua orang korban selamat yakni (NS (16) warga Klambu dan LA (15) warga Klambu.

Baca juga: Polisi Sebut 5 Santri dan Pengasuh Ponpes Tewas di Galian C Murni Tenggelam

Kiai hendak selamatkan santrinya

Menurut Perangkat Desa Kronggen, Fachrul Rozi, sebelum kejadian, para santriwati bersama pengasuh Ponpes Al Lathifiyah, KH Wahyudi tengah bekerja bakti membersihkan lingkungan di sekitar galian C tersebut.

Saat itu beberapa santriwati meminta izin untuk membersihkan tangan dan kaki di pinggir kubangan galian C yang telah dipenuhi air tersebut.

Naas, seorang santriwati terpeleset tenggelam ke lokasi cekungan galian c tersebut.

Seketika itu juga memicu reaksi rekan-rekannya untuk ikut menolong, termasuk juga KH Wahyudi yang ikut pasang badan.

"Para santriwati ikut terjun mencoba menolong, saat itu juga Pak Wahyudi juga ikut terjun. Sayang karena tak bisa berenang, enam orang meninggal dunia termasuk Pak Wahyudi. Pak Wahyudi itu tak bisa berenang," kata Rozi.

Baca juga: Coba Selamatkan 5 Santriwati yang Tenggelam di Galian C, Pengasuh Ponpes Ikut Tewas

Melihat kejadian itu, beberapa santriwati yang tak ikut terjun ke kubangan berlari berteriak meminta bantuan kepada warga setempat.

Warga lantas berbondong-bondong berupaya menyelamatkan para korban tenggelam dengan terjun ke kubangan.

"Dua santriwati  selamat dan dirawat di Puskesmas terdekat," kata Rozi.  

Hasil cek ESDM

Lokasi galian C tersebut memang berada dekat dengan Desa Kronggen, Brati, sehingga masyarakat serta berbagai pihak sempat menyimpulkan jika lokasi galian c itu berada di Desa Kronggen.

Namun faktanya, dari hasil pengecekan koordinat oleh ESDM Provinsi Jateng, lokasi tewasnya para korban dipastikan berada di Desa Katekan, Kecamatan Brati, Grobogan.

Sehingga, lokasi semula yang disebutkan berada di Dusun Sobotuwo, Desa Kronggen, Grobogan adalah salah. 

Kepala Dinas Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Provinsi Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko, mengatakan, galian C yang menewaskan 6 0rang di Kecamatan Brati, Kabupaten Grobogan telah  mengantongi Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk Operasi Produksi (OP).

Sesuai data, IUP OP atas nama perseorangan, Sucipto dengan nomor 543.32/10004/ 2018.

"Hanya saja, sejak bulan Januari 2020 telah habis masa berlaku dan sedang dalam proses perpanjangan," kata Sujarwanto saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel, Senin (9/3/2020).

Salah desa

Dijelaskan Sujarwanto, tim ESDM Provinsi Jateng telah diterjunkan ke lokasi kejadian untuk melakukan pengecekan.

Dari hasil pengecekan koordinat, lokasi tewasnya para korban berada di Desa Katekan, Kecamatan Brati, Grobogan.

Sehingga, lokasi semula yang disebutkan berada di Dusun Sobotuwo, Desa Kronggen, Kecamatan Brati, Grobogan adalah salah.

"Jadi lokasi tambang berada di Desa Katekan bukan di Desa Kronggen," kata Sujarwanto.

Berdasarkan catatan, sambung Sujarwanto, pemegang izin tertib membayar pajak, memiliki bukti lunas pajak dan belum pernah melakukan pelanggaran.

Sementara, untuk kegiatan tambang tidak kontinyu, hanya saat ada order dari pembeli.

"Keterangan pemilik tambang, lokasi kubangan diperuntukkan untuk penampung air dan area persawahan. Kasus ini masih dalam penyidikan kepolisian. Namun sesuai UU Nomor 4 tahun 2009 tentang minerba bahwa tanggungjawab K3 wilayah tambang menjadi tanggung jawab pemegang izin," ujar Sujarwanto.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com