Apalagi, kata Dedi, jika pembangunan itu belum mengantongi izin dan tidak ada Amdal, maka sebaiknya harus dihentikan.
Ia mengatakan, kalau melihat falsafah di Jawa Barat, disebutkan bahwa Prabu Siliwangi itu hilang di hutan Sancang, Garut. Prabu Siliwangi merupakan simbol penting di masyarakat Sunda.
"Artinya dari sisi perdaban sejarah Sunda, Garut itu harapan terakhir dari tata kelola ekosistem di tanah Sunda, sehingga sebaiknya pembangunan tersebut (jalan lintas) dikaji kembali," katanya.
Dedi mengatakan, Garut harus belajar dari pengalaman banjir bandang yang terjadi di kawasan kota pada 20 September 2016.
Bencana akibat meluapnya sungai Cimanuk itu menewaskan 27 orang dan merusak banyak bangunan.
Menurut Dedi, debit air Cimanuk meningkat akibat resapan air hujan di kawasan hulu minim atau rusak. Karena sungai tak mampu lagi menampung banyak air hingga mengakibatkan air meluap masuk ke kawasan perkotaan.
"Kalau mau jujur-jujuran, (bencana) itu karena rusaknya areal hutan di kawasan hulu," tandas Dedi.
Baca juga: Korban Meninggal akibat Banjir Bandang di Garut Jadi 27 Orang, 22 Masih Hilang
Lanjut Dedi, kawasan hulu mengalami mengalami banyak perubahan karena menjadi areal industri pariwisata dengan tumbuhnya bangunan pelengkap wisata.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.