Kaki Turiyan mulai paha sampai ke telapak kaki lumpuh dan kondisinya mengecil.
"Jatuh di sungai kejepit batu. Ditolong oleh lima orang, tapi tidak bisa," kata dia.
Sejak saat itu, Turiyan berjalan menggunakan tangannya.
Lalu di usia 20 tahun, Turiyan berinisiatif membuat mobil-mobilan dari kayu yang bisa ditumpanginya untuk berjalan.
"Saya buat seperti ini supaya saya lebih cepat (berjalannya)," kata dia.
Turiyan tinggal seorang diri di rumahnya. Saudaranya sudah memiliki keluarga dan rumah masing-masing.
Rumah yang ditempatinya adalah rumah keturunan keluarganya terdahulu.
Sehari-hari, Turiyan membuat tampah, alat tradisional dari anyaman bambu yang biasanya dibuat untuk membersihkan beras.
Hal itu dilakukan Turiyan di tengah keterbatasan fisiknya.
"Ada orang pesan dibuatin. Kalau tidak ada ya diam saja. Cuma nyapu-nyapu," kata dia.
Meski tinggal seorang diri, Turiyan bukan berarti menjalani hidup sepenuhnya seorang diri. Saudaranya yang bernama Paingan (37) masih kerap merawatnya.
Rumah keduanya berdampingan sehingga masih bisa saling membantu.
Selama ini, kebutuhan untuk Turiyan dipenuhi oleh saudaranya itu. Termasuk untuk kebutuhan hidupnya.
Baca juga: Kisah Pilu Firmus Du, 5 Tahun Lumpuh dan Jadi Pemecah Batu untuk Nafkahi Keluarga
Tidak hanya itu, Paingan juga yang mengambilkan bambu untuk Turiyan supaya dibuat tampah jika ada orang yang memesan.
"Ini rumah orangtua. Dulu, di sini ada kakak saya. Makanya saya buat rumah sendiri. Dia (Turiyan) tinggal bersama kakak saya. Tapi kakak saya sudah tidak ada (meninggal)," kata Paingan.
"Kalau nyuci dan buat kopi, kakak saya ini bisa sendiri. Tapi kalau makan, istri saya yang masakin," imbuh dia.
Ketua RT 041 RW 007, Suwardi mengatakan, dirinya selalu berusaha supaya Turiyan mendapat perhatian dari pemerintah setempat.
"Dulu dapat BLT (bantuan langsung tunai). Yang membawa ke balai desa saya, saya gendong," ungkap dia.
Update : Kompas.com menggalang dana untuk membantu perjuangan Turiyan melalui Kitabisa.com dengan cara klik disini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.