Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama 1 Tahun, Ditemukan 38 Anak Jadi Korban Eksploitasi Seksual di Bandar Lampung

Kompas.com - 08/03/2020, 07:12 WIB
Tri Purna Jaya,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


LAMPUNG, KOMPAS.com - Children Crisis Centre (CCC) Lampung, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang peduli pada anak menyebut bahwa sedikitnya ada 38 anak di Bandar Lampung menjadi korban eksploitasi seksual dalam kurun waktu satu tahun.

Ketua Harian CCC Lampung Syafrudin mengatakan, sejak 2018 - 2019, lembaganya telah mendampingi 38 anak yang menjadi korban eksploitasi seksual tersebut.

Syafrudin mengatakan, jumlah tersebut adalah korban yang bisa diselamatkan dan bersedia didampingi.

Baca juga: Imbauan Uskup Agung Semarang untuk Pencegahan Virus Corona

Menurut dia, masih banyak anak-anak yang menjadi korban dan belum mendapatkan pendampingan.

"Jumlah ini hanya sebagian kecil yang muncul, belum sampai permukaannya. Masih banyak yang belum terungkap," kata Syafrudin dalam diskusi soal anak korban eksploitasi seksual di Lampung, Sabtu (7/3/2020).

Lebih lanjut, Syafrudin mengatakan, banyak anak-anak korban eksploitasi seksual yang tidak mau mengungkap kasusnya, karena takut akan dipidana.

Terkait ini, Syafrudin juga mendorong agar ada regulasi bagi para pengguna atau pelaku eksploitasi seks terhadap anak.

"Selama ini, tidak ada yang bisa menjerat para pengguna anak yang dilacurkan. Di KUHP hanya germo atau mucikari yang bisa dipidana," kata Syafrudin.

Baca juga: 7 ABK yang Dikarantina di Kapal Ferry Dinyatakan Negatif Corona

Manajer Program CCC Dewi Astri Sudirman menambahkan, tidak adanya regulasi yang mampu memberi efek jera kepada pengguna ini membuat anak korban eksploitasi seks hanya menjadi obyek semata dan disamakan dengan pekerja seks dewasa.

"Misalnya saat penjaringan atau razia, anak yang dilacurkan diperlakukan sama dengan pekerja seks dewasa, bukan sebagai anak yang menjadi korban," kata Dewi.

Dewi mengakui bahwa tidak mudah untuk menarik anak yang menjadi korban untuk mau didampingi.

"Tren sekarang, anak korban dilacurkan memanfaatkan teknologi, dari jejaring media sosial. Kalau dulu bisa mudah diidentifikasi dari mucikari," kata Dewi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com