Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Butuh Masker Harga Normal"

Kompas.com - 05/03/2020, 10:50 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Susanto Tan (46) dan anaknya, Celine (6) warga Pontinak, Kalimantan penyintas kanker kesulitan mencari masker setelah virus corona terdeteksi di Indonesia.

Susanto didiagnosa mengidap kanker nasofaring dan anaknya, Celine menderita leukemia atau kanker darah.

Kepada Kompas.com, Susanto bercerita rutin menggunakan masker sejak tahun 2018 lalu. Sedangkan anaknya menggunakan masker sejak tahun 2016.

Sedikitnya, satu hari ia menggunakan satu masker. Untuk sang anak lebih banyak yakni tiga masker setiap hari.

Baca juga: Ayah dan Anak Penyintas Kanker Menjerit, Harga Masker Terlalu Mahal

Mereka menggunakan masker terutama saat bepergian.

Sebagai penyintas kanker, Susanto dan anaknya rentan terhadap kondisi udara yang tidak baik seperti asap rokok, debu, dan polusi.

Apalagi sang ayah harus check up penyakitnya yang masuk dalam tahap stadium 2 setiap tiga bulan sekali ke Jakarta.

Sementara anaknya harus cek darah di Pontianak setaip bulan.

"Karena masih dalam tahap kontrol, kebutuhan masker tentu sangat penting, sebab kondisi tubuh rentan terhadap asap, debu dan polusi udara," ujar Susanto, Rabu (4/3/2020).

Baca juga: Cerita Pilu Ayah dan Anak Penyintas Kanker, Bertahan Hidup Saat Langkanya Masker

Ditawari sekotak masker Rp 220.000

ilustrasi maskershutterstock ilustrasi masker
Susanto bercerita sejak virus corona terdeteksi di Indonesia, harga masker melonjak tinggi.

Ia mengaku pernah ditawari masker seharga Rp 220.000 per kotak. Padahal ia biasa membeli masker antara Rp 23.000 hingga Rp 40.000 per kotak.

Pada Selasa (3/3/2020), Susanto mengaku tak menemukan toko yang menjual masker dan hand sanitizer sepanjang jalan antara Kecamatan Siangan dan Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

Padahal jarak antar dua kecamatan itu mencapai 50 kilometer.

Baca juga: Cerita Pilu Ayah dan Anak Penyintas Kanker, Bertahan Hidup Saat Langkanya Masker

"Kemarin saya ke Mempawah, pas pulang ke rumah, saya sengaja singgah di setiap toko, tapi masker dan pembersih tangan kosong," cerita Susanto.

Ia berharap pemerintah turun tangan sehingga ketersedian masker kembali normal dan harganya tak lagi menambung.

"Harapan saya, harga masker normal. Boleh naik tapi sewajarnya, Rp 50.000 misalnya. kalau sampai Rp 200,000, bonyoklah saya," kata Susanto.

Baca juga: Gudang Masker Ilegal di Batam Digerebek, Polisi Amankan Komisaris, Direktur dan GM

Masker dan hand sanitizer langka di Kalimantan Timur

Ilustrasi mencuci tanganhxdbzxy Ilustrasi mencuci tangan
Tak hanya di Pontianak, masker dan pembersih tangan juga langka di Samarinda, Kalimantan Timur.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Muhammad Andi Ishak menduga kekosongan tersebut akibat ulah oknum penimbun yang mencari keuntungan di balik kasus virus corona.

"Kami juga enggak tahu persis yang borong masker ini siapa. Kemungkinan ada oknum yang manfaatkan cari keuntungan. Karena kami tanya ke distributor memang stok tidak ada. Tidak ada kiriman dari pusat. Kosong di pusat," ungkap Andi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (4/3/2020).

Baca juga: 4 Kasus Penimbunan Masker di Sejumlah Daerah yang Dibongkar Polisi, Semarang hingga Makassar

Namun ia mengatakan Dinas Kesehatan Kalimantan Timur memiliki stok yang kini tersimpan di gudang farmasi di masing-maisng kabupaten dan kota. Jumlahnya sekitar 90-100 ribu boks.

"Stok itu kebetulan banyak tersisa saat kabut asap beberapa waktu lalu. Termasuk beberapa diantaranya masker N95. Tapi itu, khusus medis dan orang sakit. Kalau buat publik ya enggak cukup," kata dia.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Hendra Cipta, Zakarias Demon | Editor: Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com