Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] 3 Anggota KPK Dikepung Warga | Pria yang Perkosa Anak di Tempat Ibadah Ditahan Polisi

Kompas.com - 05/03/2020, 06:48 WIB
Candra Setia Budi

Editor

KOMPAS.com - Tiga anggota Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dikepung oleh warga Desa Sukowono, Jember, Jawa Timur, karena dicurigai sebagai penculik.

Ketiga anggota KPK itu terdiri dari dua orang laki-laki dan satu perempuan.

Kejadian itu terjadi pada pertengahan Febuari 2020 lalu.

Saat warga menanyakan identitas ketiga orang tersebut, mereka tidak mau membuka identitasnya hingga dibawa warga ke Polsek Sukowono, lalu ke Mapolres Jember.

Saat di Mapolres Jember, ketiga orang tersebut mengaku sebagai anggota KPK. Setelah diperiksa, ketiganya dilepaskan.

Berita ini pun menjadi perhatian pembaca Kompas.com.

Sementara itu, warga di Nagari Cupak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, dihebohkan dengan adanya dua orang laki-laki diduga melakukan hubungan seks sejenis di rumah ibadah, Senin (2/3/2020), kedua yakni EPS (23), dan ROP (13).

Keduanya diamankan polisi setelah diserahkan masyarakat yang menangkap saat keduanya diduga sedang berhubungan seks di dalam mushala.

Baca lima berita populer nusantara selengkapnya:

1. Dikira penculik, 3 anggota KPK dikepung warga

IlustrasiKOMPAS Ilustrasi


Tiga anggota Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) dikepung oleh warga Desa Sukowono, Jember, Jawa Timur, karena dicurigai sebagai penculik.

Kejadian itu terjadi pada pertengahan Febuari 2020 lalu.

Kasatreskirm Polres Jember AKP Yadwivana Jumbo Qontason menjelaskan, kejadian berawal saat warga mencurigai tiga orang tersebut berada di sekitar Desa Sukowono, Kecamatan Sukowono. Pasalnya, di desa itu sedang santer dengan isu peculikan.

“Tiga orang ini membawa mobil pelat nomor L di seputar Sukowono,” katanya kepada Kompas.com di Mapolres Jember, Rabu (4/3/2020).

Saat warga menanyakan identitas ketiga orang tersebut, lanjut Jumbo, mereka tidak mau membuka identitasnya hingga dibawa ke Polsek Sukowono, lalu ke Mapolres Jember.

Saat di Mapolres Jember, ketiga orang tersebut mengaku sebagai anggota KPK.

“Kami koordinasi dengan pimpinan, memang dikonfirmasi benar ketiga orang ini adalah anggota KPK,” ungkapnya.

Baca juga: Dikira Penculik, 3 Anggota KPK Dikepung Warga Desa Sukowono, Jember

 

2. Polisi tahan laki-laki yang diduga perkosa anak di tempat ibadah

Ilustrasi seseorang diborgol.THINKSTOCK Ilustrasi seseorang diborgol.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Solok AKP Deny Akhmad mengatakan, kejadian itu berawal ketika kedua pria tersebut menumpang menginap di mushala tersebut pada Minggu malam.

Keduanya beralasan tidak memiliki uang untuk melanjutkan perjalanan ke Nagari Air Dingin, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok.

"Alasannya tidak punya uang dan hari sudah larut malam," kata Deny saat dihubungi, Rabu (4/3/2020).

Namun, ketika sudah larut malam, keduanya tampak memadamkan semua lampu di mushala.

Karena curiga, pengurus dan bersama warga mendatangi mushala. Namun, betapa terkejutnya mereka mendapati kedua pria itu sedang melakukan hubungan seks dengan keadaan telanjang.

"Warga sempat marah dan pelaku hampir saja diamuk. Namun, beruntung ada yang menahan dan akhirnya diserahkan ke polisi," katanya.

Baca juga: Polisi Tahan Dua Laki-laki di Sumbar yang Diduga Berhubungan Seks di Tempat Ibadah

 

3. Cara dua mahasiswa dapatkan 200 boks masker

ilustrasi maskershutterstock ilustrasi masker

Setelah menetapkan dua mahasiswa asal Makassar berinisial JA (22) dan JO (21) sebagai tersangka atas kasus perdangangan, fakta baru mulai terungkap. Ternyata, pelaku mendapatkan masker dari membeli di apotik.

"Ternyata (masker) itu berasal dari pembelian di apotik di seluruh kota Makassar, Gowa, dan Takalar," kata Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Yudhiawan Wibisono kepada wartawan di Mapolrestabes Makassar, Rabu (4/3/2020).

Dijelaskan Yudhiawan, kedua mahasiswa ini mendapatkan masker dari pembelian di apotik di seluruh Kota Makassar, Gowa, dan Takalar.

Keduanya, sambung Yudhiawan, telah mengumpulkan masker sebelum Presiden Jokowi mengumumkan dua WNI terkena virus corona, pada Senin, (2/3/2020).

"Barang ini akan dikirim ke New Zealand katanya di sana sudah kekurangan stok dan saya yakin akan kembali dijual di sana," ujarnya

Baca juga: Jadi Tersangka, Begini Cara 2 Mahasiswa di Makassar Dapatkan 200 Boks Masker

 

4. Strategi Risma antisipasi corona

Wali Kota Surabaya Tri RismahariniKOMPAS.COM/GHINAN SALMAN Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku sudah menimbun masker sejak Januari lalu, hal itu ia lakukan setelah mengetahui virus corona mewabah di Kota Wuhan, China.

Risma mengatakan, sejak Januari 2020 lalu, ia telah memerintahkan jajarannya untuk mencari persediaan masker, jauh sebelum adanya dua WNI yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

"Sebetulnya saya sudah nimbun masker. Sejak Januari lalu, saya sudah nimbun," kata Risma, di Tropical Disease Center, Unair, Surabaya, Selasa (3/3/2020).

Risma mengatakan, apabila wabah virus corona ini semakin meluas dan kondisi di Surabaya memburuk, pihaknya baru akan membagikan masker itu kepada seluruh warga Kota Surabaya.

"Nanti kalau harus dikeluarkan, kami keluarkan," kata Risma.

Selain itu, kata Risma, yang perlu dilakukan masyarakat adalah harus rajin mencuci tangan dengan bersih, bukan berbondong-bondong membeli masker secara berlebihan.

Untuk itu, dirinya menegaskan akan memberikan fasilitas cuci tangan di berbagai taman dan sekolah yang ada di Surabaya.

Baca juga: Ini 4 Strategi Risma Antisipasi Corona, Timbun Masker hingga Sediakan Fasilitas Cuci Tangan

 

5. Kades terpilih selama 10 tahun belum dilantik, diduga dendam politik

Kepala desa terpilih Jikumerasa, Kecamatan Liliali Kabupaten Buru, Maluku Abdullah Elwuar bersama istrinyaAbdullah Elwuar Kepala desa terpilih Jikumerasa, Kecamatan Liliali Kabupaten Buru, Maluku Abdullah Elwuar bersama istrinya

Abdullah Elwuar, terpilih menjadi kepala Desa Jikumerasa, Kecamatan Liliali, Kabupaten Buru, Maluku, saat pemilihan pada 30 Juni 2010.

Namun, hingga saat ini ia belum juga dilantik sebagai kepala desa.

Berbagai langkah telah dilakukan Abdullah untuk mendapatkan haknya. Seperti mengadu ke Pemerintah Kabupaten Buru, Pemerintah Provinsi Maluku, DPRD Maluku, Komnas HAM perwakilan Maluku hingga Ombudsman.

“Saya sudah mengadu kemana-mana untuk mencari keadilan tapi saya belum juga mendapatkan hak dan pengakuan dari negara,” kata Abdullah kepada Kompas.com, Senin (2/3/2020).

Abdullah mengatakan, saat dirinya terpilih tak ada satu pun calon yang protes dan semuanya berjalan secara demokratis.

Semua berkas telah diselesaikan mulai dari tingkat panitia, Badan Permusyawaratan Desa, hingga kecamatan. Setelah itu berkas tersebut di bawa ke Bidang Pemerintahan Pemkab Buru, saat itulah masalah pun muncul.

Bupati Buru yang saat dijabat oleh Husni Hentihu menyatakan bahwa pemilihan kepala desa di Desa Jikumerasa tidak sah. Pernyataan itu diucapkan secara lisan tanpa ada surat tertulis.

Abdullah menilai keputusan Pemkab Buru tidak melantik dirinya sebagai kepala desa karena masalah politik.

"Ini mungkin karena masalah politik, dendam politik saya berpikirnya begitu,” ujarnya.

Baca juga: Cerita di Balik Belum Dilantiknya Kades Terpilih Selama 10 Tahun, Diduga Dendam Politik...

 

Sumber: KOMPAS.com (Editor: Perdana Putra, Bagus Supriadi, Himawan, Abba Gabrillin, David Oliver Purba, Dony Aprian, Candra Setia Budi, Rachmawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com