Kampung Baduy seperti diserbu sampah plastik. Warga yang dulu jauh dari sampah plastik ini, kini akrab dengan sampah yang sulit terurai itu.
"Tahun 2000-an, saya masih jarang menemukan sampah plastik. Sungai masih belum ada plastik lewat, di jalan-jalan juga sama, belum ada. Tapi sejak tahun 2003, sudah mulai-mulai kelihatan banyak sampah plastik," ujar Mulyono, pemuda kelahiran 1994.
Sampah plastik perlahan merambah Baduy Dalam, seiring semakin leluasanya wisatawan masuk ke kampung adat itu.
Kondisi itu bertolak belakang dengan keyakinan masyarakat Baduy Dalam yang menghindari memakai benda modern seperti plastik.
Baca juga: Sungai di Baduy Tempat 5 Siswa Jakarta Tewas Terlarang untuk Wisatawan
Masyarakat Baduy yang selama ini tidak pernah kesulitan mengelola sampah organik yang akan terurai dengan sendirinya ini, kini kebingungan mengatasi tumpukan sampah plastik.
Mereka yang tidak paham cara mengelolanya akhirnya memilih untuk membakar sampah plastik.
"Melihat sampah plastik pasti agak lebih sulit dari tahun ke tahun. Pendatang semakin banyak, semakin bertambah warga Baduy Dalam juga dari tahun ke tahun, khawatirnya sampah plastik kalau bertahun-tahun tidak dibakar, misalnya dibuang sembarangan saja, ditumpuk, semakin lama akan semakin meluas," kata Sapri, warga Baduy Dalam.
Baca juga: Mengenal Tenun Baduy yang Mendunia
"Pasti ada bedanya. Kalau plastik sangat menyengat hidung, juga terasa pedas, kalau sampah organik tidak terlalu dihindari, (baunya) kayak asap pepesan," ujar Sapri yang biasa dipanggil Ayah Sarno ini.
Membakar sampah plastik juga dilakukan warga Baduy Luar. Mulyono beralasan, hal itu dilakukan lantaran minimnya edukasi pengelolaan sampah plastik.
"Kita di sini tidak ada edukasi bagaimana mengelola sampah itu dan harus dijadikan apa. Makanya kita di sini kebingungan dan daripada kita melihat tumpukan sampah, akhirnya satu-satunya jalan ya dibakar," ujar Mulyono.
Baca juga: Viral Video Ribuan Suku Baduy Turun Gunung Kepung Jakarta, Ini Klarifikasi Polisi dan Kades
Meski enggan menyalahkan wisatawan atas menumpuknya sampah plastik, namun Mulyono berharap kesadaran wisatawan agar tidak membawa sampah ke wilayah Baduy.
Mulyono juga berharap, wisatawan bisa ikut mengedukasi warga Baduy.
"Seharusnya teman wisatawan yang datang ke Baduy bisa mengingatkan orang Baduy karena plastik merupakan hal yang baru bagi warga Baduy. Jadi wajar kalau mereka tidak tahu apa sih dampak sampah plastik itu. Harusnya mereka (wisatawan) datang ke sini mengedukasi warga tentang sampah plastik," kata Mulyono.
Sampah yang berserakan juga membuat wisatawan tidak nyaman, seperti yang diakui Emi Priyanto Nugroho, wisatawan asal Tangerang.
Baca juga: Kisah Sarip, Bocah Baduy Rela Jalan Kaki 60 Kilometer Demi Bertemu Bupati
"Sampah-sampah plastik ada (berserakan), mungkin perlu edukasi juga. Kita sebagai wisatawan perlu edukasi mereka untuk jaga kebersihan lingkungan. Kalau banyak sampah, kurang nyaman, kelihatan seperti kumuh, kotor. Kalau bisa, sebisa mungkin kita mengurangi penggunaan plastik untuk menjaga lingkungan lebih asri," kata Emi.
Tidak hanya Emi, sejumlah komunitas telah menunjukkan kepedulian terhadap sampah di Baduy. Komunitas Bike to Work terlihat memasang sejumlah papan imbauan, seperti "Jangan kau nodai alam Baduy dengan sampahmu" dan "Bawa kembali sampahmu".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.