Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Anak Kuli Bangunan Lulusan Terbaik Bintara Polda Jatim, Sepeda Ontel Ayah Jadi Motivasi

Kompas.com - 04/03/2020, 13:08 WIB
Sukoco,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

NGAWI, KOMPAS.com –  Muhammad Al Azhar (19), pemuda asal Desa Tempuran, Kecamtan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mengaku tak menyangka tekatnya menjadi anggota polisi akan mengantarkan dirinya menjadi lulusan terbaik di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jawa Timur tahun 2020.

Anak kedua dari pasangan Heru Sukamto (60) dan Khomsiatin (51) ini menjadi lulusan bintara terbaik dengan nilai 80,125 dari 685 siswa bintara.

“Enggak nyangka kalau menjadi lulusan yang terbaik. Tekatnya pokoknya harus lulus,” ujar Al Azhar saat ditemui di kediamannya di Desa Tempuran, Selasa (3/3/2020).

Baca juga: Kisah Abdullah, Kades Terpilih yang 10 Tahun Belum Dilantik, Cari Keadilan hingga Gubernur dan Bupati Berganti

Al Azhar bersama ratusan bintara lainnya dilantik  oleh Kapolda Jatim Irjen Luki Hermawan Senin (2/3/2020).

Usai pelantikan, Al Azhar mendapatkab cuti 12 hari sebelum melanjutkan pendidikannya.

Penyuka menu sop sayuran ini mengaku termotivasi menjadi polisi demi bisa kembali melanjutkan sekolah tanpa membenai orangtuanya yang hanya bekerja sebagai kuli bangunan.

“Mau melanjutkan kuliah nanti kalau sudah ada penempatan. Kalau sudah kerja kan bisa kuliah, tidak merepotkan orangtua,”  ucap Al Azhar.

Motivasi dari sepeda ontel milik bapak

Memahami orangtuanya yang bekerja sebagai kuli bangunan dan tukang sayur keliling, membuat Al Azhar tak ingin gagal selama menjalani tes.

Selain belajar, penyuka olahraga sepakbola ini tak lupa berdoa. Dia tak pernah meninggalkan shalat.

Dalam doanya, Al Azhar selalu meminta kepada Tuhan untuk diberi kemudahan.

“Setiap habis tes itu saya nangis sendiri. Kalau gagal bagaimana dengan orangtua saya yang sudah berusaha mati-matian agar saya bisa ikut tes polisi,” ucapnya.

Motivasi lainnya hingga Al Azhar bisa lulus adalah sepeda ontel tua karatan milik ayahnya.

Sepeda ini sering dia gunakan untuk pergi sekolah ke SMAN 2 Ngawi.

Meski memiliki sepeda motor, pria pemenang kejuaraan tenis meja se Kbupaten Magetan tahun 2015 lebih memilih menggunakan sepeda ontel agar bapaknya bisa menggunakan motor untuk bekerja.

“ Kasihan bapak, sudah kerjanya keras pulang pergi, masa ngontel. Lebih baik saya yang ngontel ke sekolah,” katanya.

Sepeda ontel itu menjadi motivasi bagaimana kerasnya usaha orangtuanya agar dia dan saudara-saudaranya bisa sekolah.

Kakak Al Azhar, Like Hertina Sari juga telah lulus dan mendapat gelar sarjana di Akademi Managemen Informatika Komputer Surakarta.

“Kalau ingat bapak berangkat kerja ngontel  6 kilometer lebih itu rasanya gimana gitu. Tekat saya ikut tes ini jangan sampai gagal,” jelasnya.

Tekatnya juga datang dari kakak kelasnya yang berhasil lolos menjadi anggota polisi.

Motivasi kakak kelasnya tersebut menghapuskan kekhawatiran Al Azhar dan orangtuanya bahwa mendaftar polisi harus menggunakan uang.

Bekal doa untuk membahagiakan orangtua

Ayah Al Azhar, Heru Sukamto sempat merantau ke Malaysia sebelum akhirnya kembali ke Indonesia dan menjadi kuli bangunan.

Selain bekerja keras, Heru terus membekali anaknya dengan doa ketika berangkat mengikuti tes menjadi polisi. 

Baca juga: Kisah Kakek 103 Tahun Nikahi Gadis 30 Tahun, Mantan Pejuang Kemerdekaan, Dipapah ke Pelaminan

 

Keinginan anaknya agar bisa lekas bekerja dan bisa melanjutkan kuliah tanpa membebani orangtua selalu dia panjatkan dalam setiap shalat malam.

“Saya juga minta kepada anak saya untuk lebih banyak shalat malam, memohon agar dimudahkan setiap tes,” ujarnya.

Setelah dinyatakan lulus sebagai Bintara Polisi, Al Azhar masih harus menempuh pendidikan lanjutan sebelum penempatan.

Dia berharap bisa ditempatkan di Polda Jawa Timur agar bisa lebih banyak belajar lagi, mengingat seluruh kegiatan kepolisian di Jawa Timur terpusat di sana.

“Kalau di Polda kan bisa mendapat pengalaman lebih banyak,“ katanya.

Keinginan lainnya yang akan diwujudkan Al Azhar adalah bisa membuatkan rumah untuk orangtuanya.

Saat ini kedua orangtuanya tinggal di rumah sederhana yang terbuat dari kayu yang berada di tengah kebun di Desa Tempuran.

“Semoga saya bisa membahagiakan orangtua,” ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com