Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Ranu Manduro Ditutup untuk Umum | Kompleks Ruko Jompo di Jember Ambruk

Kompas.com - 03/03/2020, 06:43 WIB
Candra Setia Budi

Editor

KOMPAS.com - Setelah sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu karena pemandangannya yang indah, bahkan disebut-sebut mirip dengan kawasan perbukitan di New Zealand, lokasi wisata Ranu Manduro di Dusun Manduro, Desa Manduro Manggung Gajah, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, ditutup untuk umum sejak Jumat (28/2/2020).

Padang savana yang bertempat di lokasi bekas area pertambangan sirtu tersebut ditutup oleh pemilik lahan, PT Wira Bumi.

Belum ada keterangan resmi dari pemilik lahan terkait penutupan kawasan Ranu Manduro itu.

Sementara itu, kompleks pertokoan yang dibangun di atas sepadan sungai Jembatan Jompo di Jalan Sultan Agung, Kecamatan Kaliwates, Jember, ambruk pada Senin (2/3/2020) subuh.

Akibat kejadian itu menyebabkan sembilan pertokoan ambruk. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu.

Berikut lima berita populer nusantara selengkapnya:

1. Lokasi wisata Ranu Manduro ditutup untuk umum

Tangkapan layar dari video yang menampilkan pemandangan di Ranu Manduro, Mojokerto, Jawa Timur.TWITTER Tangkapan layar dari video yang menampilkan pemandangan di Ranu Manduro, Mojokerto, Jawa Timur.

Lokasi wisata Ranu Manduro sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu karena pemandangannya yang indah, bahkan disebut-sebut mirip dengan kawasan perbukitan di New Zealand, ditutup untuk umum sejak Jumat (28/2/2020).

Kepala Desa Manduro Manggung Gajah, Eka Dwi Firmansyah, membenarkan bahwa kawasan padang rumput itu ditutup oleh pihak pemilik lahan.

"Iya ditutup (PT Wira Bumi, Red)," ujarnya singkat saat dikonfirmasi SURYA.co.id, Minggu (1/3/2020).

Menurut Eka, warga telah berkomunikasi dengan pemilik lahan agar berkenan membuka kembali kawasan Ranu Manduro demi kepentingan warga.

"Saya masih bantu warga minta izin perusahaan di Surabaya," ungkapnya.

Sementara itu, belum ada keterangan resmi dari pemilik lahan terkait penutupan kawasan Ranu Manduro.

Baca juga: Sempat Viral karena Mirip New Zealand, Ranu Manduro Ditutup untuk Umum

 

2. Kompleks ruko Jompo di Jember Ambruk

Kompleks pertokoan yang dibangun di atas sepadan sungai Jembatan Jompo di Jalan Sultan Agung, Kecamatan Kaliwates, Jember, ambruk pada Senin (2/3/2020) subuh.Dok. BNPB Kompleks pertokoan yang dibangun di atas sepadan sungai Jembatan Jompo di Jalan Sultan Agung, Kecamatan Kaliwates, Jember, ambruk pada Senin (2/3/2020) subuh.

Kompleks pertokoan yang dibangun di atas sepadan sungai Jembatan Jompo di Jalan Sultan Agung, Kecamatan Kaliwates, Jember, ambruk pada Senin (2/3/2020) subuh.

Akibat peristiwa itu, sembilan bangunan toko ambruk dan tidak ada korban jiwa.

Diketahui, sejak 2019 jalan yang dibangun di atas sepadan sungai itu sudah retak. Namun belum diperbaiki hanya diberi tanda agar tak dilewati.

Salah satu pengelola toko bernama Teguh mengatakan, toko yang disewa dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember itu dikelola adiknya.

Sejumlah toko yang berada di sepadan sungai pun telah dikosongkan sejak jalan tersebut retak.

“Toko semuanya ambruk ke sungai,” ujarnya kepada Kompas.com, Senin.

Sementara itu, Asisten bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Jember Arismaya Parahita menambahkan ruko tersebut merupakan aset pemerintah daerah.

“Jam 4.00 WIB tadi jembatan jumbo yang diatasnya berdiri aset pemda roboh,” katanya.

Pemkab Jember telah menyiapkan sejumlah bantuan untuk menangani bangunan yang roboh itu.

“Kami juga siapkan sarana untuk persiapan pengurukan di semua material yang mengadang sungai,” ungkapnya.

Baca juga: Ini Penampakan Kompleks Ruko Jompo di Jember yang Ambruk

 

3. Orangtua murid dukung peniadaan study tour sekolah

Lokasi tewas Delis Sulistina (13), siswi SMPN 6 Tasikmalaya, di gorong-gorong depan sekolahnya.KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Lokasi tewas Delis Sulistina (13), siswi SMPN 6 Tasikmalaya, di gorong-gorong depan sekolahnya.

Pasca-polisi berhasil mengungkap misteri kematian DS (13), siswi SMPN 6 Tasikmalaya yang tewas dibunuh ayahnya akibat meminta uang study tour membuat orangtua siswa berani buka suara.

Bahkan, mereka pun mendukung Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk menghilangkan kegiatan study tour sekolah yang selama ini dirasakan sebagai beban berat.

Beberapa sekolah berdalih kegiatan itu tidak wajib tapi memaksa melalui komite sekolah untuk wajib membayar kepada seluruh siswa.

"Kalau sekolahnya biasa beralasan telah mendapatkan persetujuan komite sekolah karena tahu takut disalahkan. Pengurus komite yang dijadikan tameng pihak sekolah," kata Alisia (45) warga Perumahan BRP Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, Senin (2/3/2020).

Alisia menambahkan, jika persetujuan komite yang selalu dijadikan andalan sekolah untuk memungut biaya ke orangtua menimpa warga tak mampu pasti akan sangat terbebani sekali.

Baca juga: Berkaca Kasus Delis, Orangtua Murid Dukung Peniadaan Study Tour Sekolah

 

4. Satu pasien suspect corona sudah lima hari diisolasi di RSUP M Djamil Padang

Ilustrasi virus coronaShutterstock Ilustrasi virus corona

Seorang pasien terduga virus corona dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang.

Ia dirawat setelah menunjukkan gejala awal terserang virus ini sepulang bepergian dari Thailand.

Hal itu diktakana Pemberi Pejabat Informasi Daerah (PPID) RSUP M Djamil Padang Gustavianof.

"Benar, salah seorang warga kita dirawat di ruang isolasi setelah dirujuk dari salah satu rumah sakit daerah di Sumatera Barat," katanya, saat dihubungi Kompas.com melalau sambungan telepon, Senin (2/3/2020).

"Hari ini memasuki hari kelima ia dirawat. Awalnya ia menunjukkan gejala sesak nafas dan batuk usai bepergian." sambungya.

Menurut Gustavianof, hingga hari ini pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari yang bersangkutan.

Baca juga: Satu Pasien Suspect Corona Sudah 5 Hari Diisolasi di RSUP M Djamil Padang

 

5. Detik-detik sopir tewas diamuk massa di depan polisi

Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw mendatangi lokasi kejadian tewasnya Yus Yunus akibat dikeroyok massa karena dikira menabrak pengendara motor, Dogiyai, Papua, Minggu (1/03/2020)Dok Humas Polda Papua Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw mendatangi lokasi kejadian tewasnya Yus Yunus akibat dikeroyok massa karena dikira menabrak pengendara motor, Dogiyai, Papua, Minggu (1/03/2020)

Kasus tewasnya sopir truk bernama Yus Yunus (26), warga asal Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, Sulawesi Selatan, yang tewas dihakimi massa di Jalan Trans Nabire, Papua, Minggu (23/2/2020) lalu, menjadi perhatian semua pihak.

Pasalnya, Yus tewas setelah diamuk massa dihadapan polisi.

Terkait kejadian itu, Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw akhirnya turun tangan untuk memastikan fakta di lapangan.

Dari penyelidikan yang dilakukan polisi, kasus pengeroyokan tersebut bermula dari adanya kecelakaan ganda yang menyebabkan seorang warga setempat bernama Demianus Mote tewas.

Dikatakan Paulus, saat itu Demianus Mote yang sedang menggunakan sepeda motor melaju kencang dari arah Dogiyai menuju Distrik Kamu Utara.

Kemudian, ia menabrak seekor babi yang kebetulan melintas di lokasi tersebut. Akibat kejadian itu, laju sepeda motor yang dikendarinya oleng ke kanan.

Karena tidak bisa mengendalikan kendaraannya, ia terserempet oleh bemper truk yang dikemudikan Yunus dari arah berlawanan.

Akibat kecelakaan itu, Demianus Mote tewas di tempat.

"Sementara saudara Yus Yunus memberhentikan kendaraanya dan meminta bantuan menggunakan radio mobil kepada rekannya Risman dan melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Kamu pada Pukul 12.20 WIT," kata Paulus, melalui rilis, Minggu (1/3/2020).

Baca juga: Detik-detik Sopir Truk Tewas Diamuk Massa di Papua, Berawal dari Kecelakaan Ganda hingga Polisi Tak Berdaya

 

Sumber: KOMPAS.com (Irwan Nugraha, Rahmadhani, Editor : Caroline Damanik, David Oliver Purba, Aprilia Ika, Setyo Puji)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com