KUPANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), langsung membentuk tim unit reaksi cepat, menyusul matinya ratusan babi di wilayah yang berbatasan dengan negara Timor Leste itu.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Belu, Nikolaus Umbu Birri, mengatakan, tim itu dibentuk di semua kecamatan di Belu.
Menurut Nikolaus, tim itu dibentuk sesuai instruksi Bupati Belu Willy Lay.
Fokus kerja tim ini, kata Nikolaus, yakni melakukan penanganan ternak babi yang sakit maupun yang mati dan yang sehat, dengan penyelamatan terhadap ternak yang masih sehat.
Baca juga: Dampak Virus Demam Babi Afrika, Peternak di Bali Terancam Kolaps
"Kami juga melakukan komunikasi informasi dan edukasi kepada masyarakat, yakni untuk babi yang sakit dipisahkan dengan babi yang sehat, sedangkan yang mati agar segera dikubur," ungkap Nikolaus, kepada Kompas.com, Senin (2/3/2020).
Sementara untuk babi yang sehat dilakukan proteksi biosekurity dan penyemprotan disinfektan, untuk menghambat perkembangan virus.
Pemerintah Kabupaten Belu, sebut Nikolaus, telah mengeluarkan larangan mengeluarkan babi dari satu desa ke desa lain, dalam wilayah Belu, untuk memangkas penyebaran virus sekaligus memudahkan isolasi babi yang sakit dan yang sehat.
"Populasi babi di Kabupaten Belu saat ini ada 57.653 ekor. Jadi, masih banyak yang sehat dan perlu diproteksi, sehingga tidak tertular virus," ujar dia.
Sebelumnya diberitakan, jumlah ternak babi yang mati milik warga di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) terus bertambah.
Pada pekan lalu, jumlah babi yang mati sebanyak 574 dan saat ini telah mencapai angka 753 ekor.
Baca juga: Uji Lab Ungkap Ratusan Babi di Bali Mati akibat Virus Demam Babi Afrika
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.