Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Keindahan Ranu Manduro, Bekas Pertambangan yang Viral Mirip New Zealand

Kompas.com - 02/03/2020, 12:04 WIB
Moh. SyafiĆ­,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MOJOKERTO, KOMPAS.com - Ranu Manduro, padang rumput dengan luas puluhan hektar, viral di media sosial, dua pekan terakhir.

Pemandangan indah dengan background gunung penanggungan, menjadikan padang rumput yang dihiasi batu pada puluhan titik ini menarik ribuan orang untuk mendatangi lokasi itu.

Saat Kompas.com mengunjungi kawasan wisata tersebut, Rabu (26/2/2020) pekan lalu, ratusan pengunjung nampak menikmati suasana indah Ranu Manduro.

Baca juga: Mengenal Ranu Manduro, Kawasan Pertambangan Aktif yang Videonya Viral Disebut Mirip Selandia Baru

Hampir setiap lokasi di kawasan ini ditumbuhi rumput hijau alami, menampilkan keindahan alam berupa padang rumput dengan variasi tebing dan gundukan.

Rintik hujan yang turun pada Rabu petang, tidak menyurutkan pengunjung untuk mengabadikan aktivitas mereka di Ranu Manduro, baik melalui kamera ponsel maupun kamera profesional yang dibawa.

Menurut Yanto (46), salah satu warga Desa Manduro, Ranu Manduro mulai ramai didatangi pengunjung yang penasaran dengan keindahan Ranu Manduro, sejak dua pekan lalu.

Para pengunjung tertarik datang karena penasaran setelah menyaksikan foto dan video yang banyak beredar di media sosial.

Suasana di Ranu Manduro, padang rumput bekas kawasan pertambangan, di Desa Manduro Manggung Gajah, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Suasana di Ranu Manduro, padang rumput bekas kawasan pertambangan, di Desa Manduro Manggung Gajah, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.

Padahal, kata Yanto, Ranu Manduro bukan merupakan sebuah tempat atau kawasan yang dipersiapkan sebagai kawasan wisata.

Pemandangan indah di lokasi bekas kawasan pertambangan Sirtu tersebut, terbentuk secara alami.

Rumput dan aneka tumbuhan yang tumbuh di Ranu Manduro mulai terlihat indah saat memasuki musim hujan, beberapa bulan lalu.

"Sebenarnya tidak dibuka, secara tidak sengaja pengunjung datang," kata Yanto saat ditemui di pintu masuk kawasan Ranu Manduro, Rabu pekan lalu.

Pria yang juga ikut mengelola parkir bagi para wisatawan dadakan yang datang ke Ranu Manduro itu mengungkapkan, pengunjung mulai ramai sejak dua minggu lalu.

Suasana di Ranu Manduro, padang rumput bekas kawasan pertambangan, di Desa Manduro Manggung Gajah, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Suasana di Ranu Manduro, padang rumput bekas kawasan pertambangan, di Desa Manduro Manggung Gajah, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.

Para pengunjung tidak hanya datang dari wilayah Mojokerto. Para pengunjung ada yang datang dari Jombang, Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan beberapa daerah lainnya.

"Mulai ramainya ya hari Minggu (23/2/2020) kemarin, ribuan yang datang. Kalau hari biasa bisa seribu lebih," ungkap Yanto.

Mahdi, warga Desa Manduro mengungkapkan, kawasan Ranu Manduro merupakan area bekas lahan pertambangan milik sebuah perusahaan yang berkantor di Surabaya.

Sehubungan dengan kedatangan pengunjung ke Ranu Manduro, warga setempat membuka parkir mobil bagi pengunjung di depan pintu masuk.

Baca juga: Ditutup Pemilik Lahan, Pemerintah Desa Lobi agar Ranu Manduro Tetap Dibuka

Adapun untuk motor, dipersilakan untuk masuk ke dalam kawasan Ranu Manduro.

Selain membuka parkir untuk kendaraan roda empat, warga setempat juga menyediakan penyewaan sepeda motor yang ingin menjelajahi seluruh kawasan Ranu Manduro.

"Pengunjung yang datang hanya bayar parkir saja. Kalau ada yang mau sewa motor, warga juga menyiapkan," kata Mahdi.

Akses ke Ranu Manduro

Ranu Manduro berada di wilayah Desa Manduro Manggung Gajah, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.

Dari Kota Mojokerto, jarak menuju Ranu Manduro sekitar 30 kilometer.

Suasana di Ranu Manduro, padang rumput bekas kawasan pertambangan, di Desa Manduro Manggung Gajah, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Suasana di Ranu Manduro, padang rumput bekas kawasan pertambangan, di Desa Manduro Manggung Gajah, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.

Jika jalan di kawasan Ranu Manduro berupa tanah berpasir yang cukup memadai untuk dilalui kendaraan, kondisi berbeda terdapat pada akses jalan menuju kawasan Ranu Manduro.

Untuk menuju Ranu Manduro, pengunjung harus melintasi jalan Mojokerto-Pasuruan.

Dari ruas jalan provinsi itu, pengunjung melintasi jalan desa dengan kontruksi paving. Jalan desa dengan lebar sekitar 2 meter panjangnya sekitar 1 kilometer.

Setelah menyelesaikan jalan paving, pengunjung akan melalui  jalan perkampungan dari yang lebih sempit dengan jarak lebih dari 200 meter.

Ditutup

Sebelumnya diberitakan, nama Ranu Manduro tiba-tiba menjadi perhatian setelah sebuah video viral di media sosial pada awal pekan lalu.

Dalam video yang beredar, terlihat pemandangan di Ranu Manduro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, yang disebut seperti di New Zealand.

Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Mojokerto, Amat Susilo, saat dihubungi Kompas.com, mengatakan, Ranu Manduro tidak dikelola secara resmi oleh Pemerintah Daerah Mojokerto.

 

Menurut dia, Ranu Manduro merupakan kawasan pertambangan aktif, bukan tempat wisata.

"Itu wilayah pertambangan aktif, tidak resmi (tempat wisata). Dulu izinnya untuk pertambangan, bukan untuk tempat wisata," kata Susilo saat dihubungi Kompas.com, Minggu (1/3/2020) malam.

Lokasi Ranu Manduro sendiri terletak di Desa Manduro Manggung Gajah Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Susilo mengaku tak tahu persis berapa lama tempat tersebut ditinggalkan sejak terakhir kali digunakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com