KOMPAS.com - Pasca-tragedi susur Sungai Sempor yang menewaskan 10 siswa, fakta baru terkuak.
Mulai dari kegeraman siswa yang diwujudkan dalam sebuah grafiti hingga adanya rapat online sebelum susur sungai dilaksanakan.
Polisi saat ini telah menetapkan tiga tersangka yang merupakan pembina Pramuka sekaligus guru sekolah tersebut. Mereka adalah IYA, R, dan DDS.
Baca juga: Pasca-Tragedi Susur Sungai, Siswa Ungkap Isi Percakapan Rapat Online
Terlebih lagi, bagi siswa kelas 7 dan 8 yang mengikuti kegiatan susur sungai.
Sebanyak 249 siswa berangkat bersama-sama. Namun, hanya 239 orang yang kembali dengan selamat.
Sejumlah 10 teman mereka tewas, hanyut terbawa derasnya arus dalam kegiatan tersebut.
Salah seorang siswa SMPN 1 Turi bernama Abisa bercerita, sehari berselang setelah tragedi susur sungai, tepatnya pada Sabtu (22/2/2020), siswa-siswa SMPN 1 Turi berkumpul di sekolah.
Perasaan bercampur aduk saat itu. Marah, merasa kehilangan, sedih, dan kesal berbaur menjadi satu.
Seperti dilansir Tribun Jogja, para siswa kemudian bersama-sama melukis grafiti di dinding dan tembok sekolah.
Grafiti berukuran besar itu mencaci seorang guru pembina sebagai luapan kekesalan dan kesedihan mereka.
Abisa sempat menunjukkan foto grafiti kepada awak media. Abisa menyebutkan, saat ini grafiti itu telah dihapus dan ditutup dengan cat baru.
Baca juga: Sempat Diperingatkan Warga Tak Susur Sungai, Pembina Jawab Kalau Mati di Tangan Tuhan
Sebutan itu merujuk pada sebuah pembahasan yang dilakukan melalui aplikasi atau daring.
Dalam rapat online tersebut, guru pembina memberitahukan penyelenggaraan agenda susur sungai secara mendadak.