Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kakak dan Adik Lumpuh di Tegal Hidup dalam Kemiskinan, Tak Pernah Terima Bantuan Pemerintah

Kompas.com - 01/03/2020, 11:05 WIB
Tresno Setiadi,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

TEGAL, KOMPAS.com- Nasib miris menimpa warga Kota Tegal, Jawa Tengah, Rodiyatun (43) dan Rumini (45), kakak beradik yang dilanda kelumpuhan selama puluhan tahun hidup dan hidup dalam keterbatasan.

Kedua kakak beradik yang tak memiliki suami ini hanya tinggal bersama Hadi (22) anak Rumini di sebuah rumah sederhana peninggalan orang tua di RT 3, RW 9, Kelurahan Margadana, Kecamatan Margadana, Kota Tegal.

Ditemui di Kompas.com kediamannya, Minggu (1/3/2020), Rodiyatun mengaku tak pernah menikah. Dia mengalami kelumpuhan sejak balita dan hanya bisa terbaring di tempat tidur.

UPDATE : Kompas.com menggalang dana melalui kitabisa.com untuk membantu Rodiyatun dan Rumini. Sumbangkan rezeki Anda dengan cara klik sini untuk donasi.

Baca juga: Kisah Febri 17 Tahun Lumpuh, Hanya Bisa Diam di Kasur, Hidup Mandiri dengan Channel YouTube

Sesekali, dia duduk di kursi roda dibantu kakaknya Rumini untuk menghilangkan kejenuhan dengan keluar kamar. Rodiyatun tak mampu berjalan.

Sementara Rumini, yang mengalami kelumpuhan di sebagian fisiknya, termasuk tangannya, tak mampu bekerja.

Berbeda dengan Rodiyatun, Rumini mampu berjalan meski dalam keterbatasan tidak layaknya orang normal.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka mengandalkan Hadi yang bekerja sebagai buruh harian.

Baca juga: Ayahnya Lumpuh, Bocah SD Ini Kerja Jemur 10.000 Batu Bata, Diupah Rp 30.000 Per Hari

Rumini ditinggalkan suaminya sejak Hadi masih balita. Hidupnya semakin ironis, saat ketiganya tak tersentuh bantuan pemerintah sama sekali.

Baik Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) maupun penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH).

Rodiyatun sebelumnya mengandalkan hidup dari ibunya, Darwinah yang berjualan bumbu di pasar. Sejak ibunya meninggal lebih dari 10 tahun lalu, hidupnya selalu dalam keterbatasan ekonomi.

"Kalau makan dari keponakan saya, Hadi yang bekerja di warung pecel lele. Sehari dapat upah Rp. 60.000," kata Rodiyatun didampingi ibu dari Hadi, Rumini.

Keduanya yang tak lulus SD membuat keduanya tak mampu berbuat banyak. Jangankan untuk bekerja, membawa tubuh masing-masing saja susah.

"Saya sakit sudah puluhan tahun, sejak usia 6 tahun. Tapi belum pernah sekalipun tersentuh bantuan pemerintah," kata Rodiyatun, ditemui di kediamannya, Minggu (1/3/2020).

Baca juga: Gendong Gadis Lumpuh ke Mobil Patroli untuk Berobat, Kapolsek: Bapaknya Sudah Tua dan Sakit

Hal yang paling memberatkan, adalah saat keduanya mengalami sakit. Tak menjadi peserta JKN, membuat sekeluarganya hampir tak pernah berobat.

"Berobat kalau dulu masih ada orangtua. Sudah usaha kemana-mana. Baik pengobatan dokter maupun alternatif. Namun belum sembuh juga," kata Rodiyatun.

Sementara itu, Ketua RW 9, Kelurahan Margadana Muhrodi (38) sudah berulang kali berusaha mengusulkan keluarga Rodiyatun agar mendapatkan bantuan. Baik JKN melalui BPJS Kesehatan, maupun PKH.

"Sejak saya ketua RT sampai jadi Ketua RW. Sudah berulang kali mengajukan ke pihak kelurahan, bahkan Dinas Sosial. Tapi belum ada realisasinya. Padahal mereka sangat layak dapat perhatian pemerintah," pungkas Muhrodi.

UPDATE : Kompas.com menggalang dana melalui kitabisa.com untuk membantu Rodiyatun dan Rumini. Sumbangkan rezeki Anda dengan cara klik sini untuk donasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com