Baik Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) maupun penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH).
Rodiyatun sebelumnya mengandalkan hidup dari ibunya, Darwinah yang berjualan bumbu di pasar. Sejak ibunya meninggal lebih dari 10 tahun lalu, hidupnya selalu dalam keterbatasan ekonomi.
"Kalau makan dari keponakan saya, Hadi yang bekerja di warung pecel lele. Sehari dapat upah Rp. 60.000," kata Rodiyatun didampingi ibu dari Hadi, Rumini.
Keduanya yang tak lulus SD membuat keduanya tak mampu berbuat banyak. Jangankan untuk bekerja, membawa tubuh masing-masing saja susah.
"Saya sakit sudah puluhan tahun, sejak usia 6 tahun. Tapi belum pernah sekalipun tersentuh bantuan pemerintah," kata Rodiyatun, ditemui di kediamannya, Minggu (1/3/2020).
Baca juga: Gendong Gadis Lumpuh ke Mobil Patroli untuk Berobat, Kapolsek: Bapaknya Sudah Tua dan Sakit
Hal yang paling memberatkan, adalah saat keduanya mengalami sakit. Tak menjadi peserta JKN, membuat sekeluarganya hampir tak pernah berobat.
"Berobat kalau dulu masih ada orangtua. Sudah usaha kemana-mana. Baik pengobatan dokter maupun alternatif. Namun belum sembuh juga," kata Rodiyatun.
Sementara itu, Ketua RW 9, Kelurahan Margadana Muhrodi (38) sudah berulang kali berusaha mengusulkan keluarga Rodiyatun agar mendapatkan bantuan. Baik JKN melalui BPJS Kesehatan, maupun PKH.
"Sejak saya ketua RT sampai jadi Ketua RW. Sudah berulang kali mengajukan ke pihak kelurahan, bahkan Dinas Sosial. Tapi belum ada realisasinya. Padahal mereka sangat layak dapat perhatian pemerintah," pungkas Muhrodi.
UPDATE : Kompas.com menggalang dana melalui kitabisa.com untuk membantu Rodiyatun dan Rumini. Sumbangkan rezeki Anda dengan cara klik sini untuk donasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.