Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semburan Lumpur Setinggi 30 Meter di Grobogan, Ahli Duga Fenomena Gas Rawa

Kompas.com - 29/02/2020, 21:40 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

GROBOGAN, KOMPAS.com - Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah menerjunkan ahli geologi untuk menyelidiki semburan lumpur dari lubang pengeboran sumur di Dusun Karangasem, Desa Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

"Saya tadi sudah dihubungi ESDM untuk mengkaji ke sana. Pekan depan, kami akan ke sana," kata ahli geologi Handoko Teguh Wibowo saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (29/2/2020).

Baca juga: Kontak Senjata di Keerom, TNI Pukul Mundur KKB dan Sita Satu Senapan Rakitan

Handoko telah bertahun-tahun meneliti wilayah Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Grobogan.

Menurutnya, fenomena yang terjadi di Dusun Karangasem karena pengaruh gas rawa.

Gas rawa, kata dia, merupakan gas alam yang terbentuk dari fosil hewan dan tumbuhan dan bisa ditemukan di kedalaman 30 meter.

Menurut Handoko, analisa ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sejak 2016 oleh tim ahli geologi tentang potensi gas rawa di wilayah Kabupaten Grobogan.

Hasil penelitian itu menyebutkan kandungan gas alam yang terpendam di Kabupaten Grobogan, melimpah.

"Kami meyakini itu adalah fenomena gas rawa sama halnya dengan temuan temuan kami di wilayah Grobogan. Grobogan kaya akan gas rawa," kata lulusan Oregon State University di Amerika Serikat itu.

Baca juga: Selesai Umrah, 2.698 Jemaah Kembali ke Tanah Air

Gas rawa tak mengeluarkan bau menyengat karena mengandung metana (CH4).

"Jenisnya biogenik gas dan di kedalaman dangkal. Usia lebih muda dan bersih dibanding gas alam yang terpendam di kedalaman ratusan hingga ribuan meter. Sifat gas metana tidak berbau," kata Handoko.

Sebelumnya diberitakan, Warga Dusun Karangasem, Desa Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, heboh karena semburan lumpur setinggi 30 meter mendadak muncul dari lubang pengeboran sumur pada Sabtu (29/2/2020).

Pengeboran sumur itu dilakukan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, Yatama Center, untuk memenuhi kebutuhan air para penghuni yayasan yatim piatu tersebut.

Pengeboran yang dilakukan sejak Rabu (26/2/2020) itu terpaksa dihentikan karena semburan lumpur tersebut.

Padahal, galian sumur telah mencapai kedalaman 60 meter.

Baca juga: Kontaminasi Radioaktif di Serpong, Bagaimana Level Bahayanya?

"Jumat sore sudah keluar semburan setinggi satu meter, namun Sabtu hari ini semburan kian tinggi hingga 30 meter. Pengeborannya sedalam 60 meter," kata pengurus Yayasan Yatama, Kahar, di lokasi kejadian, Sabtu.

Kahar mengatakan, kejadian serupa juga pernah terjadi beberapa tahun lalu. Lokasi kejadian itu juga tak jauh dari lokasi pengeboran kali ini.

"Karena itu saya berharap pemerintah melakukan penelitian di sini," kata Kahar. Fenomena itu menyita perhatian masyarakat sekitar. Satu per satu, masyarakat berbondong-bondong memenuhi lokasi pengeboran.

Salah satu warga Desa Karanganyar, Rudi Prasetyo (37) membenarkan kejadian serupa pernah terjadi beberapa tahun lalu.

"Iya, dulunya di kawasan ini pernah muncul fenomena seperti ini," kata Rudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com