KOMPAS.com - Delis Sulistina (13) siswi SMPN 6 Tasiklamaya yang ditemukan tewas di gorong-gorong sebulan lalu teryata dibunuh ayahnya.
Sang ibu, Wati Fatwamawati mengaku sejak awal yakin jika anaknya adalah korban pembunuhan. Namun ia tak memiliki akses informasi dan mempercayakan sepenuhnya pada petugas kepolisian.
Sementara itu di Kupang, TH (17) jebolan ajang pencarian bakat The Voice Indonesia diamankan polisi karena tega menganiaya ibunya.
Sebelum penganiayaan terjadi, TG meminta ibunya untuk menyiapkan baju yang akan digunakan jalan-jalan.
Dua berita tersebut menjadi perhatian pembaca Kompas.com dan erikut lima berita populer nusantara selengkapnya.
Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karibianto mengatakan Budi nekat membunuh anaknya karena emosi saat Delis meminta uang untuk acara studi tur ke Bandung yang diselenggarakan sekolahnya.
"Pelaku pun kalap dan membunuh korban di sebuah tempat rumah kosong," jelas Anom.
Setelah itu Budi memasukkan mayat anaknya yang masih berseragam lengkap pramuka ke gorong-gorong di depan sekolah Delis
Saat ditemukan pada Senin(27/2/2020) sore, tas sekolah berisi identitas dan buku sekolah masih ada di samping mayat Delis.
Sang ibu, Wati Fatmawati (46) mengaku sejak awal ia menyakini bahwa anaknya tewas karena dibunuh.
"Setelah mengetahui ini, perasaan saya lega tidak seperti kemarin-kemarin terus penasaran apakah anak saya meninggal karena celaka atau dibunuh. Tapi sejak awal saya yakin karena dibunuh," jelas Wati saat dimintai keterangan wartawan di rumahnya, Rabu (26/2/2020) malam.
Baca juga: Ibu Siswi SMP yang Tewas di Gorong-gorong Lega, Misteri Pembunuhan Anaknya Tersingkap
Saat kejadian, Rabu (26/2/2020) pagi, TH meminta ibunya menyiapkan baju yang akan ia gunakan untuk jalan-jalan.
Sang ibu yang sedang memasak di dapur meminta agar anaknya bersabar.
Namun NH marah dan menganiaya ibunya. Ia menghampiri sang ibu dan memukul bagian kepala. TH juga terlihat beberapa kali menendang kepala dan punggung ibunya.
Seorang tetangga kemudian datang lantaran mendengar keributan dan melerai mereka.
Saat TH menganiaya ibunya, seorang tetangga merekamnya. Video tersebut pun viral di media sosial. TH kemudian diamankan polisi.
Baca juga: Remaja Jebolan The Voice Indonesia Tendang Kepala Ibu Berkali-kali karena Tak Segera Siapkan Bajunya
"Saya mengajak guru se-Indonesia banggalah kepada teman-teman kita yang hari ini menjalani proses hukum. Bukan bangga atas peristiwanya, tetapi bagimana mereka siap bertanggung jawab atas perbuatannya," ujar Andar usai menemui ketiga pelaku di Aula Mapolres Sleman, Rabu (26/2/2020).
Ia mengatakan tiga tersangka siapa menjalani hukuman karena lalai hingga menyebabkan 10 siswa SMPN 1 Turi meninggal.
Ketiga tersangka juga minta digunduli dan memakai baju tahanan agar sama seperti tahanan lain dan tak memiliki keistimewaan meski berstatus guru.
"Merasakan sama di depan hukum. Kalau tahanan lain digundul, tidak pakai sandal, dan pakaiannya seperti itu, maka mereka ingin dipersamakan. Guru tidak harus diistimewakan, itu yang mereka sampaikan," ujar Andar.
Baca juga: Perwakilan PGRI DIY Ajak Semua Guru Bangga dengan Sikap 3 Tersangka Susur Sungai Sempor
Satu santri, FNF (18), ditemukan dalam kondisi tewas dan AS (19) dalam kondisi mengalami luka-luka lecet.
Penemuan mereka berawal saat warga mendengar suara orang kesakitan di sawah belakang rumahnya. Ia pun segera melaporkan ke ketua RT setempat.
Saat dicari sumber suara, warga menemukan mayat laki-laki yang tertelungkup di saluran irigasi persawahan.
Setelah itu terdengar suara teriakan dai area sawah dan saat dicek ada seorang pria melambaikan tangan meminta tolong.
Keduanya lalu dievakuasi dari lokasi kejadian langsung dibawa ke RSUD Sekarwangi di Kecamatan Cibadak.
Baca juga: Kronologi Penemuan Dua Santri di Persawahan Sukabumi, Satu Tewas, Satu Kelelahan
Sebelum dikremasi, jenazah pasien tersebut dibungkus plastik agar virus pada mayat tidak menular.
"Jadi, mayat itu dibungkusnya dengan plastik, kalau dengan kain masih ada pori-pori kecil, karena ukuran virus itu sangat kecil, kan kalau dengan pasltik jadi tidak menyebar di udara," ujar Ketua Tim Penanggulangan Bencana RSUP Dr Kariadi, dr RP Uva Utomo, SpKF saat dihubungi Kompas.com. Rabu (26/2/2020).
Ia menjelaskan, tidak hanya jenazah dengan suspect corona yang mendapat perlakuan dikremasi dengan plastik, tetapi juga jenazah pasien yang terinfeksi virus kategori airbone.
Setelah dibungkus plastik, mayat tersebut dimasukkan dalam peti dan dilarang untuk dibuka Baca juga: Heboh Pasien Suspect Corona Meninggal Lalu Dibungkus Plastik di Semarang, Ini Penjelasan Rumah Sakit
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Irwan Nugraha, Budiyanto | Editor: Farid Assifa, Pythag Kurniati, David Oliver Purba, Aprillia Ika, Michael Hangga Wismabrata)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.