Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Tersangka Susur Sungai Sleman: Kami Baik-baik Saja

Kompas.com - 27/02/2020, 09:38 WIB
Khairina

Editor

KOMPAS.com - IYA, salah satu guru tersangka kasus susur Sungai Sempor yang menewaskan 10 siswa SMPN 1 Turi Sleman menegaskan ia dan ketiga rekannya dalam kondisi baik.

"Kami minta diluruskan bahwa kami itu baik-baik saja. Tolong nanti supaya di luar diluruskan," ujar IYA saat pertemuan di Aula Mapolres Sleman, Rabu (26/2/2020).

Para tersangka ditemui Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) DIY bersama Dinas Pendidikan Sleman.

Baca juga: Digunduli dan Pakai Baju Tahanan, 3 Tersangka Susur Sungai Sempor Ingin Sama Seperti Tahanan Lain

Selain untuk melihat kondisi ketiga tersangka, PGRI juga ingin mengkonfirmasi mengenai alasan polisi menggunduli kepala ketiganya.

Pihak yang hadir mengunjungi ketiga tersangka di Mapolres Sleman yaitu Andar Rujito Kepala Biro Advokasi Perlindungan Hukum dan Penegakan Kode Etik PGRI DIY, Sukirno Ketua Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum PGRI DIY, Arif Haryono Plt Kepala Dinas Pendidikan Sleman, dan Penjabat Sekda Sleman Hardo Kiswoyo.

IYA menuturkan, dia, R, dan DDS menjalani proses hukum dengan baik, sesuai koridor hukum.

Selama ditahan di Mapolres Sleman, ketiganya diperlakukan dengan baik.

"Kami diperlakukan secara baik, tidak diintimidasi, tidak diperlakukan semena-mena," tegasnya.

Usai mendengar penjelasan itu, Arif bertanya mengenai kepala ketiganya yang gundul.

"Digundul ini permintaan kami. Yang jelas untuk faktor keamanan," ucap IYA.

Baca juga: Cerita di Balik Protes PB PGRI Terkait Kepala Tersangka Susur Sungai Sempor Digunduli...

IYA menjelaskan, dirinya, R dan DDS meminta gundul agar sama dengan teman-teman ditahanan Mapolres Sleman.

Sebab yang d itahanan juga berkepala gundul. Ketiganya juga mengenakan baju oranye agar sama dengan tahanan lain. Sehingga, tidak ada perbedaan satu sama lain di dalam tahanan.

Sebab semua sama di mata hukum.

"Kalau sama dengan teman-teman di dalam kan saya tenang ketika di sini. Saya tidak masalah gundul, biar sama dengan lainya yang di dalam," tegasnya.

IYA menegaskan, proses hukum harus dijalankan. IYA bersama R dan DDS memang harus mempertanggungjawabkan atas apa yang terjadi.

"Ini kan risiko kami, memang harus dipertanggungjawabkan. Pertama kami harus mempertanggungjawabkan kepala Allah, yang kedua keluarga korban, yang ketiga mempertanggungjawabkan pada hukum," tandasnya.

Pada kesempatan ini, IYA dihubungkan melalui telepon dengan Ketua Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKBH) PB PGRI Ahmad Wahyudi.

Kepada Ahmad, IYA menceritakan hal yang sama mengenai kondisinya dan mengenai kepalanya yang gundul.

Di akhir pertemuan, IYA mengucapkan terima kasih atas dukungan para guru. "Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan teman-teman guru. Yang jelas mohon dukunganya secara koridor hukum, jadi bisa melalui satu pintu," ungkapnya.

Usai pertemuan, Arif telah mendengar sendiri bahwa ketiganya tidak dalam tekanan.

"Saya sudah mendengar sendiri bahwa mereka mengikuti proses hukum ini dan tidak ada tekanan. Mereka sehat, baik, dan tidak ada satu permasalahan," tuturnya.

Baca juga: Ditahan, 3 Tersangka Susur Sungai Sempor: Ini Risiko, Kami Harus Bertanggung Jawab

Terkait dengan kepala gundul, merupakan permintaan dari ketiganya. Supaya sama tahanan lain.

Kepala Biro Advokasi Perlindungan Hukum dan Penegakan Kode Etik PGRI DIY Andar Rujito mengajak semua guru agar bangga dengan ketiga tersangka.

"Saya mengajak guru se Indonesia banggalah kepada teman-teman kita yang hari ini menjalani proses hukum. Bukan bangga atas peristiwanya, tetapi bagimana mereka siap bertanggungjawab atas perbuatanya," ujarnya.

 "Merasakan sama di depan hukum. Kalau tahanan lain digundul, tidak pakai sandal dan pakaiannya seperti itu, maka mereka ingin dipersamakan. Guru tidak harus diistimewakan, itu yang mereka sampaikan,"tambahnya.

Ia menyebut, banyak orang yang tidak tahu kondisi ketiganya selama ditahan. Tetapi setelah bertemu, kondisi mereka baik-baik saja.

"Dengan media sosial kemarin karena tidak tahu persis kita menjadi prihatin bersama, pasti kita bergejolak, semua guru pada menangis. Tetapi hari ini saya mendengar langsung bahwa mereka sangat memahami dan menerima apa yang diperlakukan dan harus diperlakukan dalam proses hukum," ujar dia.

(Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma/Editor : David Oliver Purba)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com