Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Febri 17 Tahun Lumpuh, Hanya Bisa Diam di Kasur, Hidup Mandiri dengan Chanel YouTube

Kompas.com - 26/02/2020, 12:42 WIB
Dian Ade Permana,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

SALATIGA, KOMPAS.com - Tanggal 25 Februari harusnya menjadi hari bahagia untuk Febri Sapto Muatno. Tepat di hari itu, dia berusia 36 tahun.

Namun, warga Jalan Pramuka RT 8/RW 5, Krajan, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga ini tak bisa merayakannya karena dia hanya bisa terbaring di atas kasur. 

Sudah hampir selama 17 tahun, Febri tak pernah turun dari kasur.

Baca juga: Mbah Diro, Penyelamat Puluhan Siswa yang Hanyut Saat Susur Sungai Sempor Merasa Berat Terima Penghargaan

 

Semua berawal dari 2003 saat dia keracunan makanan. Tubuhnya terasa sakit hingga lumpuh.

Saat ini, hanya tangannya yang bisa bergerak.

Pendengarannya pun menurun, sehingga jika ingin berkomunikasi harus mengetik di ponsel, kemudian dia membaca dan baru bisa menjawab. 

"Tubuh terasa kaku, seperti kayu. Kalau untuk bergerak sakit. Kaki bisa bergerak tapi tidak bisa diangkat. Kalau tangan masih bisa, tapi tidak bisa menggenggam," ujar Febri saat ditemui di kediamannya, Selasa (25/2/2020).

Orangtua Febri, Taryono menjelaskan, sebelum keracunan makanan, Febri kala SMP pernah jatuh dalam posisi terduduk.

Selama beberapa saat dia mengonsumsi obat penghilang rasa sakit.

"Mungkin efek dari obat itu dan keracunan itu, Febri sekarang kondisinya seperti ini," kata Taryono.

Taryono juga mengalami gangguan pendengaran. Dia sehari-hari menjadi buruh di pabrik penggilingan tahu di kawasan Kalitaman.

Meski terbaring di kasur, Febri mengaku menjaga kebersihan secara mandiri.

"Jika kencing saya pakai botol, dan buang air besar saya taruh di plastik. Badan saya miringkan," ujarnya.

Semua ini dilakukannya agar dia tetap bisa menjalankan shalat lima waktu dalam keadaan bersih.

Pengobatan

Berbagai upaya pengobatan telah ditempuhnya. Mulai dari perawatan di rumah sakit hingga pengobatan tradisional.

Saat pemeriksaan, pihak rumah sakit menyebut Febri menderita pengapuran.

 

"Awal sakit itu dirawat di rumah selama dua bulan. Namun, karena tidak ada perkembangan, akhirnya dirawat di rumah," ungkapnya.

Ikhtiar kesembuhan juga ditempuh dengan pijat ke berbagai tempat.

Namun, kondisinya tidak membaik. Termasuk juga terapi pengobatan air panas, dia diharuskan menginap selama sepekan.

Febri berharap dirinya bisa sembuh dan beraktivitas secara normal.

Namun, karena keterbatasan biaya dia hanya bisa pasrah.

"Rumah ini juga Agustus 2019 pernah kebakaran karena korsleting listrik. Bantuan perbaikan rumah dari perangkat dan kerja bakti warga," ujar Taryono.

Chanel YouTube

Untuk mengisi waktu sekaligus mencari penghasilan, Febri sempat mengelola chanel YouTube bernama "Kartun Koplak".

Dia menggunakan laptop yang diletakkan di meja kecil. Laptop itu diberikan oleh kakaknya yang dulu pernah bekerja di Jakarta.

Namun, setahun lalu chanelnya dihentikan oleh YouTube tanpa alasan yang jelas.

Febri mengak pendapatannya dari YouTube terhitung lumayan, pernah dalam satu bulan mencapai Rp 6 juta.

"Tapi dapat segitu juga cuma sekali pas ramai pilpres itu. YouTube diisi game, berita, kartun," ujar alumni SMA Muhammadiyah Salatiga ini.

Baca juga: Kisah Nenek Miha di Bengkulu, Idap Penyakit Komplikasi hingga Tak Bisa Berobat karena Buruknya Akses Jalan

Febri tak ingin menyusahkan orangtuanya. Meski tak bisa membantu bekerja seperti orang pada umumnya, dia berharap dengan membuka chanel YouTube bisa sedikit membantu keuangan keluarga.

"Bapak sudah bekerja, aku juga harus bisa hidup mandiri," ujar Febri.

Setelah chanel YouTube dihapus, kini Febri masih berusaha membuat chanel YouTube baru dengan konten menarik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com