Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Video Mbah Warjin Ditandu untuk Berobat, Akses Menuju Desa Tak Bisa Dilewati Mobil

Kompas.com - 25/02/2020, 18:50 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Mbah Warjin, warga Dusun Rapahombo, Desa Klitih, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang, harus ditandu sejauh enam kilometer untuk berobat ke rumah sakit pada Minggu (23/2/2020).

Peristiwa itu terekam dalam sebuah video yang viral di media sosial seperti Facebook, Youtube, dan aplikasi pesan instan WhatsApp.

Mulanya, video itu diunggah pemilik akun Facebook, Jalaluddin pada Minggu (23/2/2020) sekitar pukul 19.50 WIB.

Baca juga: Bapak Perkosa Anak Kandung hingga Hamil, Dilakukan Saat Istri Tidur Lelap

Jalaluddin mengunggah tiga video dan menyertakan sejumlah keterangan terkait peristiwa itu.

Dalam unggahan itu, Jalaluddin menulis Mbah Warjin terpaksa ditandu karena menderita sakit keras.

Sementara, kondisi jalan yang dilalui tak bisa dilewati kendaraan bermotor, khususnya roda empat. 

Warga, kata Jalaluddin, menggotong Mbah Warjin menuju tempat yang bisa diakses mobil untuk dilarikan ke rumah sakit.

Mbah Warjin pun dinaikkan ke atas tandu. Beberapa warga bergantian memanggul tandu itu sembari berjalan di jalan setapak yang dikelilingi semak dan pepohonan.

Dalam video itu, tandu Mbah Marjin diangkat oleh empat orang. Sementara empat orang lainnya berjalan di belakang tandu itu.

Sesekali, rombongan ini berhenti dan memberikan minum kepada Mbah Warjin.

Jarak tempuh dari rumah Mbah Warjin menuju lokasi yang bisa diakses mobil sekitar enam kilometer.

"Mbah Warjin siang tadi digotong sejauh hampir enam kilometer. Dari Dusun Rapahombo ke Dusun Brangkal Desa Jipurapah. Dari Dusun Brangkal, dioper dengan Pajero OPSHID menuju RSI Jombang," kata Jalaluddin pada laman Facebook miliknya.

Jalaluddin menuliskan, satu-satunya layanan medis terdekat di Dusun Brangkal adalah puskesmas pembantu. 

Puskesmas itu digawangi seorang bidan yang merupakan tenaga honorer.

"Tapi jangan tanya, Sabtu Minggu, apa mereka mampu melayani warga. Saking jauhnya lokasi. Atau mungkin juga saking minimnya honor pengabdi kesehatan di situ," tulis Jalaluddin pada laman Facebook miliknya.

Baca juga: 77 Siswa di NTT Dihukum Makan Kotoran Manusia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com