IYA mengaku pukul 13.15 WIB telah mengecek sungai dan melihat arus tidak deras. Selain itu ia mengatakan saat memberangkatkan peserta pada pukul 13.30 WIB belum turun hujan.
"Saya cek sungai di atas air juga tidak deras. Dan kembali ke start juga air tidak bermasalah. Kemudian di situ juga ada temam saya yg terbiasa mengurusi susur sungai di sempor jadi saya yakin tidak terjadi apa-apa," ujarnya.
Menurut IYA, susur sungai dilakukan untuk melatih karakter siswa dan agar siswa dapat memahami sungai, karena anak sekarang jarang main di sungai dan menyusuri sungai.
Saat ditanya mengapa anak-anak tidak diberi perlengkapan keselamatan, ia menjawab singkat, "Karena airnya selutut".
Baca juga: Mengaku Paham Kondisi, Pembina Pramuka Tak Survei Sungai Sempor yang Tewaskan 10 Siswanya
Sementara itu, R guru seni budaya, sekaligus sebagai ketua gugus depan sekolah mengatakan bahwa susur sungai di sekolah itu tidak hanya sekali dilakukan.
Namun iamengakui bahwa saat itu cuaca sedang mendung tipis.
"Tugasnya saya saat itu hanya menunggui di sekolah untuk mencatat siswa yang kembali dari susur sungai. Termasuk jaga barang-barang siswa. Sebenarnya saya tinggal dua tahun lagi pensiun," ujarnya.
Baca juga: 3 Pembina yang Miliki Sertifikasi MKD Pramuka Tak Ikut Susur Sungai Sempor yang Tewaskan 10 Siswa
Lebih lanjut IYA menuturkan bahwa kejadian hari itu adalah kelalaian mereka.
"Kami sangat menyesal dan memohon maaf kepada keluarga korban terutama keluarga korban meninggal," ucapnya.
"ini sudah jadi risiko kami, sehingga apapun yang menjadi keputusan akan kami terima. Semoga keluarga korban bisa memaafkan kesalahan kami," imbuhnya.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Wijaya Kusuma | Editor: Khairina), Tribunnews.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.