Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Lengkap Ahli tentang Gas yang Keluar dari Tanah di NTT

Kompas.com - 24/02/2020, 15:22 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Kemunculan api dari dalam tanah di Desa Sebot, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, mendapat perhatian serius dari sejumlah pihak.

Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi telah mengecek kemunculan api tersebut di lokasi Desa Sebot.

Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunungapi Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Devy Kamil Syahbana, mengatakan, visual asap teramati berwarna putih tipis keluar dari celah-celah batu lempung, dengan tinggi asap sekitar 2 meter.

Baca juga: Di Balik Fenomena Api Muncul dari Tanah, Potensi Gas Beracun, Warga Diminta Menghindar

Devy mengatakan, tidak ada tekanan emisi gas dan tidak ada suara yang terdengar, serta tidak ada sublimat belerang dan tidak ada nyala api.

"Bau gas sulfur tercium sedang sampai tajam, hingga jarak sekitar 50 meter (tergantung arah angin). Selain gas, tidak ada fluida lain seperti air panas atau lava yang keluar dari titik keluarnya gas," kata Devy, saat dihubungi Kompas.com, Senin (24/2/2020).

Area keluarnya gas tersusun atas batu lempung berwarna abu-kehitaman, dan pada titik keluarnya gas, batu lempung berubah warna menjadi merah, kuning, hitam terbakar.

Gas, lanjut Devy, muncul pada zona hancuran akibat struktur geologi. Terdapat mineraliasasi batuan seperti pirit dan kuarsa di sekitar lokasi keluarnya gas.

Gas yang terukur, kata Devy, didominasi oleh gas SO2 dan H2S.

Pada jarak sekitar dua meter dari titik ventilasi gas, konsentrasi SO2 dapat mencapai 121 ppm, H2S mencapai 46 ppm, dan CO2 mencapai 1.400 ppm.

Sedangkan untuk gas metan (CH4) dan CO kata Devy, tidak terdeteksi atau nihil.

"Rasio rata-rata gas CO2/SO2 = 2.4 (R2 = 0.8), CO2/H2S = 11.2 (R2 = 0.75), dan H2S/SO2 = 0.18 (R2 = 0.78). Temperatur lubang gas terukur lebih dari 300 derajat celcius pada temperatur udara 32 derajat celcius," ujar dia.

Kesimpulan sementara, kata dia, konsentrasi gas sulfur terukur melebihi ambang batas normal atau ambang normal SO2 = 2 ppm dan H2S = 10 ppm.

"Sumber gas dan temperatur gas, tidak berasal dari aktivitas gunung api, namun diperkirakan berasal dari sisa aktivitas magmatisme masa lampau, yang mengisi zona lemah akibat struktur geologi," ungkap dia.

Baca juga: Buih dan Api Muncul di Bekas Longsoran Tanah, Bupati Terjunkan Ahli

Devy mengimbau kepada masyarakat atau pengunjung, agar tidak beraktivitas dan memasuki area dalam radius 100 meter dari titik keluarnya gas.

Hal itu untuk menghindari paparan gas beracun yang dapat berdampak negatif bagi kesehatan.

"Kami juga imbau kepada masyarakat dan pengunjung, agar tidak memasuki area keluarnya gas karena merupakan area rawan longsor," ujar dia.

Sebelumnya diberitakan, warga Desa Sebot, Kecamatan Molo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), heboh dengan munculnya api yang keluar dari dalam tanah.

Api itu muncul di bekas longsoran tanah yang berjarak 200 meter dari permukiman warga setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com