KUPANG, KOMPAS.com - Kemunculan api dari dalam tanah di Desa Sebot, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, mendapat perhatian serius dari sejumlah pihak.
Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi telah mengecek kemunculan api tersebut di lokasi Desa Sebot.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunungapi Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Devy Kamil Syahbana, mengatakan, visual asap teramati berwarna putih tipis keluar dari celah-celah batu lempung, dengan tinggi asap sekitar 2 meter.
Baca juga: Di Balik Fenomena Api Muncul dari Tanah, Potensi Gas Beracun, Warga Diminta Menghindar
Devy mengatakan, tidak ada tekanan emisi gas dan tidak ada suara yang terdengar, serta tidak ada sublimat belerang dan tidak ada nyala api.
"Bau gas sulfur tercium sedang sampai tajam, hingga jarak sekitar 50 meter (tergantung arah angin). Selain gas, tidak ada fluida lain seperti air panas atau lava yang keluar dari titik keluarnya gas," kata Devy, saat dihubungi Kompas.com, Senin (24/2/2020).
Area keluarnya gas tersusun atas batu lempung berwarna abu-kehitaman, dan pada titik keluarnya gas, batu lempung berubah warna menjadi merah, kuning, hitam terbakar.
Gas, lanjut Devy, muncul pada zona hancuran akibat struktur geologi. Terdapat mineraliasasi batuan seperti pirit dan kuarsa di sekitar lokasi keluarnya gas.
Gas yang terukur, kata Devy, didominasi oleh gas SO2 dan H2S.
Pada jarak sekitar dua meter dari titik ventilasi gas, konsentrasi SO2 dapat mencapai 121 ppm, H2S mencapai 46 ppm, dan CO2 mencapai 1.400 ppm.
Sedangkan untuk gas metan (CH4) dan CO kata Devy, tidak terdeteksi atau nihil.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan