Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pejuang Literasi, Dari Gaji Petugas Kebersihan, Yudi Mampu Bikin Banyak Perpustakaan

Kompas.com - 24/02/2020, 12:27 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Farid Assifa

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com - Riwayat pendidikan formal yang hanya sampai jenjang SMP tak menyurutkan semangat literasi Sandi Mulyadi (36), pemuda asal Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, untuk mendirikan perpustakaan.

Malah, saat ini pria kelahiran Bandung itu sudah menginisiasi sembilan perpustakaan mini yang ia labeli Saung Baca, di daerah Bandung, Pangalengan, dan Cianjur.

Dalam waktu dekat, Yadi akan mendirikan satu saung baca lagi, tempatnya di Tasikmalaya.

Menyambangi rumahnya di Kampung Cicadas, RT 002/004, Desa Sukamulya, Kecamatan Warungkondang, Cianjur, ada kesan tak biasa yang dapat.

Baca juga: Perjalanan Perpustakaan Jalanan Karawang, dari Gabut hingga Terbitkan Buletin Sastra

Berada di lingkungan perkampungan, rumah sederhana itu tampak asri nan artistik.

Ornamen-ornamen dari bahan daur ulang menghiasi rumah kayu tersebut. 

Pot bunga warna-warni bergelantungan di setiap sudut halaman rumah, menghadirkan nuansa estetis yang semakin kentara.

Di teras rumah terdapat meja kayu. Di atasnya tergeletak alat seduh kopi tradisional.

Di sudut teras terdapat rak kayu yang penuh sesak dengan buku-buku.

Di dalam rumah, rak setinggi 3 meter yang difungsikan sebagai partisi ruangan juga penuh buku.

“Ini rumah saya sekaligus Saung Baca untuk warga. Setiap sore anak-anak ke sini untuk bermain dan membaca," kata Yadi kepada Kompas.com, Minggu (23/2/2020).

DO dan jadi petugas cleaning service

Semangat Yadi mendirikan Saung Baca berangkat dari kesenangannya membaca buku sejak kecil.

Saking gandrungnya, sepanjang hari selalu dihabiskan bersama buku.

Namun, hobinya itu tak berbanding lurus dengan jenjang pendidikannya. Yadi terpaksa berhenti sekolah karena ketiadaan biaya. 

Krisis ekonomi pada 1998 silam ternyata berdampak pada kondisi keuangan orangtuanya.

Akibatnya, mereka mengalami kesulitan biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya.

"Orangtua saya itu anaknya sebelas. Jadi, biayanya banyak. Kecewa (tidak bisa meneruskan sekolah) tentu saja. Namun, tak sekolah bukan berarti harus berhenti belajar, bukan?” ucapnya.

Yadi tak ingin berpangku tangan apalagi meratapi nasibnya itu. Akan tetapi, hanya berbekal ijazah SMP tentu tak punya banyak pilihan baginya untuk memilih pekerjaan.

Akhirnya, ia terpaksa bekerja sebagai seorang petugas cleaning service di sebuah instansi pemerintah di Bandung.

Sepuluh tahun dihabiskan untuk pekerjaannya itu. Sepanjang waktu itu, hobinya membaca makin menjadi-jadi.

"Setiap istirahat kerja, saya selalu baca buku. Teman-teman seprofesi suka nyinyir, katanya sok intelek, lagak mahasiswa saja. Tapi, ya cuek saja, namanya juga hobi," katanya.

Gajinya dari petugas kebersihan pun lebih banyak dihabiskan untuk membeli buku ketimbang belanja baju.

Alhasil, dari waktu ke waktu koleksi bukunya semakin bertumpuk dan mulai menyesaki kamar kosnya.

Saung baca pertama di kontrakan

Melihat koleksi bukunya yang semakin banyak, terbersit di pikirannya untuk membuka perpustakaan mini.

Rencananya itu pun berbanding lurus dengan dukungan sang istri, yang juga hobi baca.

"Saya menikah 2008. Cita-cita saya ingin punya istri yang suka buku. Alhamdulilah kesampaian. Jadinya, istri sangat dukung dengan apa yang saya lakukan ini," ucap Yadi.

Saung Baca pertama yang dibuka di rumah kontrakannya di daerah Bandung itu mendapat sambutan positif dari lingkungan sekitar.

Baca juga: Tinjau Lokasi Longsor di Bogor, Jokowi Bagi-bagi Kaus dan Buku

Warga, terutama anak-anak dan remaja, banyak yang menyambangi rumah kontrakannya untuk membaca buku.

“Dari situlah kemudian saya berinisiatif menggalang donasi 1 Miliar Buku untuk Bangsa, lewat jejaring sosial,” ujar dia.

Galang donasi buku

Lewat penggalangan buku yang digagasnya pada 2016 itu, Yadi mengaku kebanjiran buku. 

Hampir setiap pekan selalu saja ada kiriman paket buku dari donatur. 

"Tiba-tiba berdatangan kiriman buku berdus-dus ke rumah,” ucapnya.

Namun, karena Saung Baca di rumah kontrakanya tak mampu menampung banyaknya kiriman buku dari para donatur itu, Yadi lantas menawari teman-temannya yang ingin membuka Saung Baca.

"Sejak itu, satu demi satu Saung Baca bisa berdiri. Sekarang sudah ada sembilan. Peran saya volunteer bukunya," kata Yadi.

Mimpi punya Saung Baca di penjuru negeri

Ayah satu anak ini punya mimpi besar, bisa mendirikan Saung Baca di seluruh pelosok negeri.

“Membaca itu awal untuk perubahan sebuah peradaban. Mimpi saya, satu kampung satu Saung Baca,” kata Yadi yang memutuskan pindah ke kampung halaman istrinya di Cianjur pada 2017 lalu.

Dengan demikian, Yadi berharap, setiap orang, di manapun berada, memiliki akses untuk menjangkau tempat baca dengan mudah.

“Saya ingin menulari masyarakat agar membaca sebagai bagian dari gaya hidup. Karena sejatinya, bangsa yang maju adalah bangsa yang berliterasi, bangsa yang punya semangat dan minat baca yang tinggi,” ucap Yadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com