PALU, KOMPAS.com - Sejak kemunculan pertamanya di 2016 silam, buaya berkalung ban terus diburu. Bukan untuk di bunuh, tapi mau diselamatkan.
Ban yang sudah 4 tahun terjebak di leher buaya itu mau dilepaskan. Namun, upaya melepaskan ban di leher buaya bisa dibilang susah-susah gampang.
Panji petualang pernah ke Palu, Sulawesi Tengah, tahun 2018 silam. Misi Panji gagal.
Baca juga: Upaya Tangkap Buaya Berkalung Ban di Palu Dihentikan hingga Matt Wright Kembali
Setelah Panji, dua pakar sekaligus pemerhati buaya dari Australia, Matt Wrght dan Christ Willson, pertengahan Februari 2020 juga datang ke Kota Palu dengan misi yang sama. Lagi - lagi gagal.
Hampir dua pekan dua bule asal Australia itu hilir mudik di Sungai Palu. Toh, mereka akhirnya kembali ke negaranya. Si buaya tetap berkalung ban.
Setelah Matt, orang dari Palopo Utara, Dawi (45) juga berkeinginan sama, yakni membebaskan ban di leher buaya.
Dawi bekerja sebagai petani dan juga pemburu buaya untuk diambil kulitnya. Sudah lebih dari 100 ekor buaya yang ukuran kecil dan besar sudah dikuliti.
Namun, dalam misi ini, Dawi yang akan dibantu dua orang anaknya mengaku hanya menolong sang buaya.
"Saya dengar infonya di TV, makanya saya ke sini. Tapi saya tidak akan bunuh buaya itu, kan katanya cuma dibilang mau buka itu ban kan," begitu kata Dawi dengan logat selatannya yang kental.
Dawi tak direstui BKSDA. Selain buaya berkalung ban yang stress karena hampir dua pekan terus diburu oleh Matt, Dawi juga belum mengantongi izin.
Nah, kini giliran Forrest Galante. Dia adalah pembawa acara televisi Extinct or Alive on Animal Planet.
Bersama timnya, mereka sudah mendapat restu dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Baca juga: Ketika Buaya Berkalung Ban Pindah ke Toko Roti
Misi Forrest juga sama melepaskan ban di leher buaya yang malang.
Rino Tobing, salah satu anggota Satgas Penyelamatan Satwa Liar, BKSDA Sulawesi Tengah mengatakan, pihaknya sudah menerima surat permohonan soal rencana Forrest Galante bersama tim untuk misi mengeluarkan ban di leher buaya sungai Palu.
Namun pihaknya belum mengetahui kapan Forrest datang ke Palu.
"Surat permohonannya sudah kami terima tapi kami belum ada kabar, kapan mereka akan ke Palu," kata Rino, lewat pesan di WhatsApp, Sabtu (22/2/2020).
Terkait dengan upaya penyelamatan buaya berkalung ban oleh Foresst Galante bersama tim. Kepala Satgas Penanganan buaya berkalung ban, Haruna, mengatakan tak masalah.
"Silakan saja, pada prinsipnya kami siap menerima mereka. Namun saat ini kami menghentikan sementara upaya ini. Hal ini tentu saja untuk mengembalikan kondisi buaya selama operasi penyelamatan yang kami lakukan belum lama ini, mungkin sekitar 3 mingguan, " jelas Haruna.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.