Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Tangkap Buaya Berkalung Ban di Palu Dihentikan hingga Matt Wright Kembali

Kompas.com - 21/02/2020, 17:47 WIB
Teuku Muhammad Valdy Arief

Editor

Sumber Antara

PALU, KOMPAS.com- Satuan Tugas Penyelamatan Satwa Liar Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah (Sulteng) menghentikan upaya untuk menangkap buaya berkalung ban di Sungai Palu.

Pencarian reptil yang terjerat ban itu dihentikan setelah upaya menangkapnya selama dua pekan tidak membuahkan hasil.

"Ya kita hentikan dahulu perburuan buaya berkalung ban di Sungai Palu itu selama jangka waktu belum diketahui," kata Ketua Satgas Penyelamatan Satwa Liar BKSDA Sulteng, Haruna di Palu, Jumat (21/2/2020).

Baca juga: Ketika Buaya Berkalung Ban Pindah ke Toko Roti

Meski belum menyebut secara pasti pencarian hewan itu kembali dimulai, BKSDA Sulteng memastikan tetap berupaya menangkapnya.

"Dan jika kalung ban tidak dilepaskan, bisa-bisa buaya itu mati," kata dia.

Haruna menyatakan, upaya menangkap hewan melata itu akan kembali berlangsung setelah dua pencinta buaya asal Australia, Matt Wright dan Chris Wilson, kembali.

Baca juga: Berkaca dari Kasus Buaya Berkalung Ban, Pemkot Palu Sediakan Lahan untuk Penangkaran

Wright dan Wilson, disebut Haruna, sudah berjanji tetap membantu penangkapan hewan malang itu.

"Dua ahli buaya dari Australia sudah kembali ke negaranya dan berjanji akan datang lagi untuk membantu satgas menangkap buaya di Sungai Palu," kata Haruna.

 

Warga negara Australia, Matthew Nicolas Wright (kedua kanan) dan Chris Wilson (kiri) berbincang dengan petugas saat memantau lokasi kemunculan seekor buaya liar yang terjerat ban sepeda motor di Sungai Palu di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (11/2/2020). Dua ahli penanganan satwa liar asal Australia tersebut hadir di Kota Palu untuk membantu operasi penyelamatan buaya terjerat ban yang dilaksanakan oleh Satgas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah yang hingga kini belum membuahkan hasil.ANTARA FOTO/MOHAMAD HAMZAH Warga negara Australia, Matthew Nicolas Wright (kedua kanan) dan Chris Wilson (kiri) berbincang dengan petugas saat memantau lokasi kemunculan seekor buaya liar yang terjerat ban sepeda motor di Sungai Palu di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (11/2/2020). Dua ahli penanganan satwa liar asal Australia tersebut hadir di Kota Palu untuk membantu operasi penyelamatan buaya terjerat ban yang dilaksanakan oleh Satgas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah yang hingga kini belum membuahkan hasil.
Selain itu, Wright juga berjanji memberikan pelatihan untuk BKSDA Sulteng soal cara menangkap buaya.

Buaya berkalung ban ini awalnya muncul pada 2016. Kala itu upaya melepaskan ban sudah dilakukan.

Sejumlah warga yang tidak mempunyai keahlian soal buaya mencoba memancing buaya dengan menggunakan ayam hidup.

Pada 2018, seorang pencinta reptil bernama Panji juga sempat berupaya menangkap buaya berkalung ban di Palu.

Baca juga: Pulang Sebelum Tangkap Buaya Berkalung Ban, Matt Wright Janji Kembali

Namun, upaya laki-laki yang dikenal lewat acara televisi Panji si Petualang itu tidak membuahkan hasil.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah telah beberapa kali mencoba melepaskan ban dari leher buaya tersebut. Namun, usaha itu juga belum berhasil.

Matt Wright yang sudah berhasil menangkap puluhan ekor buaya di Australia ikut bergabung untuk membebaskan satwa itu dari jerat ban. Hanya saja, setelah beberapa hari berada di Palu, upayanya juga belum berhasil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com