Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Hubungan Sedarah Siswi SMA dengan Adiknya, Pakar Sebut Pentingnya Edukasi Seks Sejak Dini

Kompas.com - 21/02/2020, 10:09 WIB
Candra Setia Budi

Editor

KOMPAS.com - Belum lama ini, masyarakat dihebohkan dengan adanya kasus hubungan sedarah yang dilakukan siswi SMA berinisial SHF (18), di Pasaman, Sumatera Barat, dengan adik kandungnya IK (13).

Mirisnya, hubungan itu dilakukan saat adiknya masih duduk di sekolah dasar (SD).

Hubungan itu dilakukan sekitar bulan Juli-Agustus 2019 silam, saat ibu dan kedua saudaranya sedang tidak ada di rumah.

Baca juga: Kasus Hubungan Sedarah Siswi SMA dengan Adiknya di Pasaman, Ini Kata Pakar Psikologi

Akibat hubungan terlarang itu, SHF pun hamil dan telah melahirkan. Oleh pelaku, bayi tersebut dibuang ke saluran air hingga diketahui warga.

SHF mengaku melakukan hubungan terlarang tanpa mengetahui akibatnya.

Menurut Pakar Psikologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Rafika Nur Kusumawati, ketidaktahuan itu ataupun tahu menjadi sebuah alibi mengindikasikan bahwa pentingnya edukasi seksual sejak dini.

"Artinya, pengenalan terhadap diri, gender, osais dan mentruasi yang perlu diberitahukan kepada anak sejak dini," jelasnya.

Baca juga: WCC Nurani Perempuan: Siswi SMA yang Buang Bayi Diduga Korban Kekerasan Seksual

 

Selain itu, kata Rafika, ada ketidak sempurnaan dalam pengawasan di dalam keluarganya. Sehingga membuat anak ini mencari-cari edukasi pendidikan seksual sendiri.

"Faktor bahwa seseorang harus tahu sebab akibat, kalau saya melakukan ini, maka akibatnya akan seperti ini, itu juga yang harus dipikirkan," ungkapnya.

Selain itu, dalam kasus ini tidak hanya pihak keluarga dan sekolah saja yang harus memperhatikan, lingkungan sekitar juga harus ikut.

Baca juga: Dicurigai Ibu, Siswi SMA Pembuang Bayi Hasil Hubungan Sedarah Mengaku Sakit Gigi

Diakui Rafika, saat ini untuk peduli sekarang sudah mulai berkurang karena induvidualisme yang terlalu tinggi. Selain itu juga tidak mau mencampuri aib keluarga orang lain dan sebagainya.

"Tapi ini ada kalahnya kita harus berasah bawah kita tidak mungkin hidup sendiri dan ada kalahnya kita harus tahu mana yang harus diperhatikan, dan mana yang harus tidak diperhatikan," katanya.

Baca juga: Pengakuan Ibu Siswi SMA Pembuang Bayi Hasil Hubungan Terlarang dengan Adik: Saya Sedih dan Menyesal

Sementara itu, Plt Women Crisis Center (WCC) Nurani Perempuan Sumbar Rahmi Meri Yanti mengatakan, tindakan SHF mengajak adiknya IK melakukan hubungan intim perlu dikaji lebih lanjut.

Sebab, secara alamiah SHF tidak akan mau mengajak IK melakukan hubungan intim tanpa sebab.

 

Rahmi menduga SHF pernah menjadi korban kekerasan seksual sebelum berhubungan dengan adiknya atau mendapatkan konten pornografi dari luar rumahnya.

"Apakah dia pernah mendapatkan kekerasan seksual sebelumnya atau pernah mendapatkan konten porno dari luar, ini yang belum tahu," jelas Rahmi.

Baca juga: Polisi: Siswi SMA Pembuang Bayi dan Adiknya yang Masih SD Akui Berhubungan Intim Dua Kali

Rahmi mengatakan, pendidikan seks sangat dibutuhkan dalam keluarga sehingga tidak terjadi seks bebas.

"Sebenarnya di sekolah juga perlu diajarkan. Tujuannya agar seks bebas ini tidak terjadi," jelasnya.

Baca juga: 6 Fakta Siswi SMA Buang Bayi Hasil Hubungan Sedarah dengan Adiknya, Ditangkap Polisi hingga Jadi Tersangka

Rahmi menilai kejadian itu memperlihatkan bahwa peran keluarga sudah mulai longgar sehingga hubungan sedarah bisa terjadi.

"Mungkin karena orangtuanya sibuk mencari nafkah sehingga perannya jadi longgar," ungkapnya.

 

Sumber: KOMPAS.com (Kontributor Padang, Perdana Putra | Editor: Candra Setia Budi, Aprilia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com