Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Anak Buruh Migran di Bawah "Atap" Kampung Belajar Tanoker

Kompas.com - 20/02/2020, 19:40 WIB
Bagus Supriadi,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

Ia pun memberikan kepercayaan kepada anak-anak untuk berkembang dengan cara sendiri. Mereka bebas berkreasi dan memunculkan ide menarik.

Salah satunya, festival egrang yang akhirnya dihelat setiap tahun.

Penuhi Hak Anak Melalui Pengasuhan Gotong Royong

Kampung Belajar Tanoker mengubah masyarakat sekitar, khususnya anak-anak buruh migran. Setelah berkegiatan di Tanoker, mereka semakin optimistis menatap hidup dan lebih percaya diri.

Ciciek dan suaminya sudah seperti ibu dan ayah bagi anak-anak buruh migran itu.

Pasangan suami istri menilai masalah tak hanya pada anak buruh migran tapi juga keluarga yang mengasuh mereka.

“Anak-anak diasuh oleh orang tua yang tidak paham cara mengasuh anak,” tambah Suporahardjo.

Selain mengajak anak-anak, Tanoker juga memberikan pemahaman tentang mengasuh anak kepada masyarakat.

“Setelah berkembang cukup lama, kami mendirikan mother school atau sekolah untuk ibu-ibu. Kemudian, father school atau sekolah untuk para bapak hingga sekolah eyang,” papar dia.

Mother school dikemas dengan berbagai kegiatan parenting yang diikuti para perempuan di Kecamatan Ledokombo. Harapannya, bisa meningkatkan kemampuan dalam mendidik anak.

“Tantangan zaman terus berkembang, mereka harus mengetahui tantangan yang dihadapi anak sekarang,” kata Suporahardjo.

Hak anak tak bisa terpenuhi jika lingkungan sekitar tak mendukung. Tanoker juga memberikan pelatihan kepada buruh migran yang telah kembali dari luar negeri.

“Mereka juga dilatih untuk membuat kerajinan agar mandiri di desa sendiri, sehingga tak perlu kembali lagi keluar negeri meninggalkan anak-anaknya dan suaminya agar tidak menjadi single parent,” papar dia.

Tanoker juga mendirikan sekolah eyang, karena tak jarang anak-anak buruh migran dititipkan kepada kakek dan nenek mereka. Para eyang ini dibekali cara mengasuh, mendidik, dan pemenuhan hak anak.

"Mereka juga saling mengingatkan bila melihat anak-anak berbuat tidak baik, cucu orang lain juga menjadi cucu mereka sendiri,” katanya. 

Baca juga: Bunuh Pupung dan Anaknya, Dua Eksekutor Suruhan Aulia Kesuma Hanya Dibayar Rp 2 juta

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com